Arsip:

SDG

Gunung Bromo Naik Pelan tapi Pasti: Hasil kajian dengan InSAR Sentinel-1

Tim peneliti Sekolah Vokasi UGM yang dipimpin Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc. berhasil mengungkap bahwa kawasan Kaldera Tengger yang menaungi Kompleks Gunung Bromo mengalami pengangkatan (uplift) vertikal yang bersifat luas dan hampir linier selama periode Maret 2017 hingga Februari 2021. Temuan ini diperoleh melalui pemanfaatan data InSAR multi-orbit Sentinel-1 (ascending dan descending) yang diproses dengan sistem LiCSAR–LiCSBAS untuk mendapatkan deret waktu perpindahan permukaan bumi.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa dalam kurun empat tahun tersebut terjadi kumulatif pengangkatan sekitar 91 mm dengan kecepatan maksimum mencapai 24,76 mm/tahun. Pola kenaikan ini tidak hanya muncul di sekitar kawah aktif, tetapi mencakup hampir seluruh lantai kaldera (sand sea) dan lereng bagian dalam, sehingga ditafsirkan sebagai respons terhadap inflasi dangkal dari sistem magmatik atau hidrotermal yang pasokannya lebih besar daripada pelepasan material melalui erupsi kecil dan degassing.

Menurut Panuntun, kendala utama pemantauan deformasi gunung api dengan InSAR adalah karena pengukuran umumnya hanya satu dimensi, yakni mengikuti garis pandang satelit (LOS) sehingga sulit membedakan perpindahan horizontal dan vertikal. Dengan menggabungkan dua geometri orbit, timnya berhasil mendekomposisi perpindahan LOS menjadi komponen naik (up) yang lebih representatif untuk analisis tekanan magma, dan sekaligus mengurangi ambiguitas interpretasi yang kerap muncul ketika sinyal LOS orbit naik dan turun berlawanan. “Pendekatan multi-orbit membuat peta deformasi vertikal kita jauh lebih kredibel untuk keperluan kesiapsiagaan,” ujarnya dalam laporan risetnya.

Kegiatan riset ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pertama, SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, karena informasi deformasi vertikal yang presisi membantu pemerintah daerah dan pengelola kawasan wisata Bromo–Tengger–Semeru dalam menata ruang berbasis risiko erupsi dan bahaya geologi. Kedua, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana, sebab hasil penelitian langsung memperkuat sistem peringatan dini dan surveilans gunung api berbasis data pengindraan jauh. Ketiga, riset ini juga berkontribusi pada SDG 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir (InSAR multi-orbit, pemrosesan LiCSAR–LiCSBAS) untuk layanan publik di bidang kebencanaan. Dengan demikian, keluaran ilmiah dari penelitian ini tidak hanya menambah pemahaman tentang dinamika magmatik Bromo, tetapi juga memberi dasar ilmiah yang dapat segera dioperasionalkan untuk pembangunan yang aman dan berkelanjutan di kawasan vulkanik aktif Indonesia.

Dosen SV UGM Paparkan Riset Deformasi Vertikal Gunung Bromo di Forum Ilmiah Tahunan ISI 2025

Dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc., berpartisipasi pada Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 yang berlangsung di Hotel Harris Malang, 2–3 Oktober 2025. Tahun ini FIT ISI mengusung tema “The Future Landscape of Geospatial AI-driven for Sustainable Development Goals Technologies” yang menekankan peran teknologi geospasial cerdas untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Pada sesi presentasi akademik, Panuntun memaparkan hasil risetnya berjudul “Vertical Displacement, InSAR, Tengger Caldera, Mount Bromo, Sentinel-1.” Penelitian ini mengkaji deformasi permukaan vertikal di kawasan Kawah Tengger–Gunung Bromo, Jawa Timur dengan memanfaatkan data multi-orbit InSAR Sentinel-1 periode 2017–2021.

Dalam paparannya, Panuntun menjelaskan bahwa Gunung Bromo sebagai gunungapi aktif memiliki potensi menghasilkan perubahan ketinggian permukaan yang tidak selalu terdeteksi jika hanya mengandalkan pergeseran garis pandang (LOS) satelit. “Pendekatan InSAR tunggal memang mampu menunjukkan adanya pengangkatan (uplift), tetapi sulit memisahkan komponen horizontal dan vertikal. Dengan mengintegrasikan beberapa orbit, estimasi deformasi vertikal menjadi lebih andal dan lebih relevan untuk interpretasi proses magmatik,” ujarnya.

Partisipasi Hidayat Panuntun pada FIT ISI 2025 sekaligus menunjukkan kontribusi perguruan tinggi, khususnya SV UGM/Prodi bidang survei dan pemetaan, dalam mendorong penerapan teknologi geospasial untuk keselamatan publik dan pembangunan berkelanjutan. Acara FIT ISI 2025 sendiri dihadiri akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan geospasial dari berbagai daerah, dengan rangkaian seminar, presentasi hasil penelitian, dan forum kolaborasi lintas instansi.

Riset ini memiliki keterkaitan langsung dengan agenda SDGs, khususnya:

  • SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) melalui peningkatan kesiapsiagaan bencana vulkanik bagi masyarakat di kawasan Tengger dan sekitarnya;
  • SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan memperkuat sistem peringatan dini dan basis data bahaya geologi;
  • serta mendukung SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) lewat pemanfaatan teknologi geospasial dan InSAR multi-orbit sebagai pendekatan praktis dan terukur untuk pemantauan bahaya gunung api di Indonesia.

Studi Deformasi Candi Prambanan untuk Menjaga Warisan Budaya UNESCO

Yogyakarta – Menjulang di antara hamparan sawah dan latar Gunung Merapi yang megah, Candi Prambanan menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Hindu di Jawa abad ke-9. Sejak ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991, kompleks candi ini tidak hanya menjadi destinasi wisata spiritual dan budaya, tetapi juga simbol harmoni dan toleransi yang melekat dalam sejarah Nusantara.

Namun, di balik keelokannya, Prambanan menyimpan ancaman yang nyata. Letaknya yang berada di wilayah patahan aktif Sesar Opak membuat candi ini berada di zona rawan gempa bumi. Peristiwa gempa Yogyakarta tahun 2006 menjadi bukti betapa rentannya situs ini terhadap aktivitas tektonik. Kala itu, sebagian struktur batuan runtuh, beberapa relief rusak, dan sejumlah bagian utama harus melalui proses restorasi panjang.

Secara geologis, kompleks Candi Prambanan berdiri di atas tanah berpasir yang dekat dengan Sungai Opak. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap likuefaksi dan pergerakan tanah ketika terjadi gempa besar. Selain itu, aktivitas vulkanik Gunung Merapi, yang terletak sekitar 25 kilometer di utara, turut menambah tantangan konservasi.

“Candi Prambanan bukan hanya peninggalan sejarah, tetapi juga monumen yang berdiri di atas wilayah geologi yang hidup. Karena itu, upaya konservasi harus berbasis pada data ilmiah,” ungkap Rochmad Muryamto, dosen Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus ketua peneliti pada studi ini.

Sejak tahun 2022, tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM melakukan pemantauan deformasi pada Candi Prambanan sebagai bagian dari riset geodetik untuk konservasi cagar budaya. Studi deformasi merupakan penelitian yang bertujuan memantau perubahan posisi atau bentuk struktur secara presisi akibat faktor alam, seperti gempa, pergerakan tanah, maupun penurunan fondasi. Melalui studi ini, tim dapat mendeteksi perubahan sekecil apa pun — bahkan dalam satuan milimeter — sebelum berdampak besar pada stabilitas struktur.

Tim UGM menggabungkan dua teknologi utama: Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Total Station. Melalui GNSS, delapan titik kontrol di sekitar kompleks candi dipantau selama 24 jam penuh menggunakan receiver ganda frekuensi tinggi. Hasil pengukuran mampu menghasilkan posisi dengan akurasi hingga tingkat milimeter, memungkinkan deteksi pergerakan tanah secara absolut.

Sementara itu, pengamatan Total Station dilakukan dengan memasang prisma pengukuran langsung pada tubuh candi. Instrumen ini merekam pergeseran relatif antar titik pantau di permukaan bangunan. Pengamatan dilakukan secara berkala pada tahun 2022 hingga 2025, untuk melihat perubahan spasial dari waktu ke waktu.

“Metode ini memungkinkan kami mendeteksi deformasi hingga fraksi milimeter, sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan pengamatan visual biasa,” kata Hidayat Panuntun, anggota peneliti yang terlibat dalam pengolahan data lapangan. Pendekatan ganda ini—memadukan pemantauan horizontal dan vertikal—memberikan gambaran menyeluruh tentang perilaku struktur candi terhadap lingkungan geodinamiknya. “Dengan data ini, kami dapat merekomendasikan area mana yang perlu pemantauan lebih sering dan bagian struktur mana yang mungkin membutuhkan intervensi konservasi,” ujar Panuntun.

Data deformasi seperti ini sangat krusial untuk merancang kebijakan konservasi berbasis bukti (evidence-based conservation). Dengan sistem pengamatan berkelanjutan, pengelola situs warisan budaya dapat memantau perubahan struktur tanpa menunggu hingga kerusakan besar terjadi.

“Pendekatan geodetik ini bukan hanya tentang pengukuran, tapi tentang menjaga cerita yang diukir dalam batu selama lebih dari seribu tahun. Pelestarian cagar budaya bukan sekadar merawat batu, tetapi juga menjaga nilai kemanusiaan dan keberlanjutan bumi tempat kita berpijak.” – tutur Rochmad menutup sesi wawancara di laboratorium Geomatika SV UGM.

Keberhasilan pemantauan deformasi di Candi Prambanan menjadi model bagi pengawasan situs budaya lain di Indonesia seperti Candi Borobudur, Plaosan, atau Muara Takus. Metode kombinasi GNSS–Total Station terbukti efisien dan presisi tinggi untuk memantau bangunan bersejarah yang terpapar risiko geologis.

Penelitian ini juga memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan pengelola situs budaya. Tim UGM berkomitmen menjadikan kegiatan ini sebagai program pemantauan jangka panjang yang terintegrasi dengan kebijakan pelestarian nasional.

Kegiatan riset ini tidak hanya berorientasi pada pelestarian budaya, tetapi juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya:

  • SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, melalui perlindungan warisan budaya dunia sebagai bagian dari pembangunan kota yang inklusif dan tangguh.
  • SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, karena pemantauan deformasi membantu mitigasi risiko bencana geologi yang diperparah oleh dinamika iklim dan lingkungan.
  • SDG 15: Kehidupan di Darat, dengan memastikan keberlanjutan ekosistem dan perlindungan warisan alam serta budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.

WebGIS Batas Maritim Indonesia Buatan Departemen Teknologi Kebumian SV-UGM Perkuat Transparansi Tata Kelola Laut dan Dukung SDG 16

Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada mengembangkan platform WebGIS Batas Maritim Indonesia untuk memperkuat transparansi tata kelola laut dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 16: Peace, Justice, and Strong Institutions. Penelitian ini dipimpin oleh dosen Muhammad Iqbal Taftazani bersama mahasiswa Waljiyanto, Putri Shafaa Salsabila, dan Wahyu Eka Saputra.

Indonesia memiliki sistem batas laut yang kompleks, melibatkan sepuluh negara tetangga. Selama ini, peta batas maritim resmi sering kali sulit diakses publik dan disajikan dalam format statis. Melalui WebGIS ini, tim UGM menghadirkan solusi digital yang terbuka, interaktif, dan edukatif. “Kami ingin menghadirkan data geospasial maritim yang dapat diverifikasi publik dan mendukung transparansi kebijakan,” ujar Iqbal.

Sistem ini dibangun dengan QGIS 3.28, Leaflet.js 1.9.4, dan Bootstrap 5.0.0 menggunakan data resmi dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang disesuaikan dengan standar SNI metadata. WebGIS menampilkan berbagai zona maritim seperti Laut Teritorial, ZEE, dan Landas Kontinen, disertai dasar hukum, koordinat, dan status delimitasi. Pendekatan client-side architecture membuat sistem ini ringan dan mudah diakses lewat peramban.

Riset ini berperan penting dalam implementasi SDG 16, terutama pada aspek transparansi dan penguatan institusi publik. Dengan menyediakan data terbuka yang akurat, WebGIS memungkinkan masyarakat, akademisi, dan pembuat kebijakan untuk memahami batas wilayah laut secara jelas dan akuntabel. “Transparansi geospasial adalah kunci memperkuat kepercayaan publik terhadap kebijakan kelautan nasional,” tambah Iqbal.

Halaman Case Study dalam sistem ini menampilkan contoh batas ZEE Indonesia–Australia yang belum diratifikasi, memperlihatkan bagaimana diplomasi maritim dapat dijelaskan secara objektif melalui data visual. Fitur ini menjadikan WebGIS bukan hanya alat teknis, tetapi juga sarana diplomasi digital yang mendukung tata kelola laut yang damai dan berbasis data.

Riset ini juga menegaskan peran UGM dalam mendorong prinsip open government di bidang kemaritiman. Teknologi geospasial digunakan untuk memperkuat kolaborasi lintas lembaga dan mendukung kebijakan publik yang transparan. Ke depan, tim berencana menambah sistem backend yang aman untuk data sensitif serta fitur multiuser bagi lembaga pemerintah.

Melalui pengembangan WebGIS ini, Departemen Teknologi Kebumian SV UGM berkontribusi nyata terhadap SDG 16 dengan membangun sistem informasi yang adil, transparan, dan inklusif. Inovasi ini menjadi langkah strategis menuju tata kelola laut Indonesia yang kuat, akuntabel, dan berbasis data terbuka.

Dukung SDGs:14, Departemen Teknologi Kebumian SV-UGM Hadirkan WebGIS Interaktif untuk Visualisasi Batas Laut Indonesia

Tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, mengembangkan inovasi digital berupa platform WebGIS interaktif untuk memvisualisasikan batas-batas maritim Indonesia. Penelitian yang dipimpin oleh Muhammad Iqbal Taftazani bersama Waljiyanto, Putri Shafaa Salsabila, dan Wahyu Eka Saputra ini bertujuan meningkatkan literasi kelautan serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14: *Life Below Water*.

Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola wilayah lautnya. Meski sudah memiliki dasar hukum melalui UNCLOS 1982 dan UU No.17/1985, banyak data batas laut nasional yang belum tersaji secara terbuka dan mudah dipahami publik. WebGIS ini hadir untuk mengatasi kesenjangan tersebut melalui visualisasi interaktif zona laut seperti Laut Teritorial, Zona Tambahan, ZEE, dan Landas Kontinen.

“WebGIS ini dirancang untuk memperkuat kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan laut secara berkelanjutan. Kami ingin menjadikan data batas maritim lebih transparan dan edukatif,” jelas Iqbal. Platform ini dibangun menggunakan perangkat lunak terbuka QGIS 3.28, Leaflet.js 1.9.4, dan Bootstrap 5.0.0, dengan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang telah disesuaikan dengan standar metadata nasional (SNI 8843-1:2019).

Pengguna dapat menjelajahi peta interaktif, mengukur jarak, menampilkan informasi hukum tiap zona, hingga mempelajari studi kasus batas laut yang belum disepakati. Fitur *SDGs Linkages* menampilkan hubungan antara pengelolaan laut dan target SDG 14, seperti perlindungan ekosistem laut, pengawasan sumber daya, serta penguatan pendidikan kelautan.

Kontribusi riset ini terhadap SDG 14 mencakup tiga aspek utama. Pertama, menyediakan data spasial resmi untuk perencanaan konservasi laut dan pemantauan sumber daya. Kedua, meningkatkan literasi kelautan melalui media pembelajaran yang mudah diakses masyarakat. Ketiga, mendukung kebijakan berbasis bukti (*evidence-based policy*) dengan menyediakan infrastruktur data kelautan yang transparan.

Selain itu, sistem ini memperkuat kolaborasi lintas disiplin antara geodesi, hukum, dan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi geospasial tidak hanya untuk pemetaan, tetapi juga berperan dalam keberlanjutan sumber daya laut,” ujar Waljiyanto, anggota tim peneliti. Ke depan, tim berencana menambah fitur data dinamis seperti arus laut, pergerakan kapal, dan visualisasi 3D untuk memperkaya pengalaman pengguna.

Melalui riset ini, UGM berkontribusi nyata dalam penguatan tata kelola laut Indonesia yang berkelanjutan. WebGIS batas maritim tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga langkah strategis untuk melindungi kehidupan di bawah laut dan mendukung keberlanjutan ekosistem maritim bagi generasi mendatang.

Integrasi BIM dan webGIS untuk Pengelolaan Bangunan Cagar Budaya Berkelanjutan

Yogyakarta, Oktober 2025 – Integrasi teknologi Building Information Modeling (BIM) dengan web-based Geographic Information System (webGIS) menjadi solusi baru dalam pengelolaan bangunan cagar budaya. Konsep ini dikembangkan oleh tim dari Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM yang dipimpin oleh Ir. Hanif Ilmawan, S.T., M.Eng., IPP.

Melalui pendekatan “BIM leads and GIS supports”, model bangunan dibuat secara detail di lingkungan BIM, kemudian dipresentasikan dalam sistem webGIS berbasis Cesium platform. Kombinasi kedua teknologi ini memungkinkan pengguna untuk menampilkan data spasial tiga dimensi lengkap dengan atribut bangunan, pandangan penampang (section view), serta pengukuran jarak dan dimensi langsung di web.

“Integrasi ini memberikan pandangan yang lebih holistik—BIM menangani detail mikro setiap elemen bangunan, sedangkan GIS menampilkan konteks makro lingkungan sekitarnya,” ungkap Hanif dalam paparannya. Dengan sistem ini, pengelola cagar budaya dapat memantau kondisi bangunan secara virtual, menilai kebutuhan konservasi, dan merencanakan tindakan pemeliharaan dengan lebih baik.

Meski masih menghadapi tantangan seperti ukuran data besar dan keterbatasan analisis spasial lintas platform, hasil penelitian ini menunjukkan potensi besar untuk diterapkan dalam pengelolaan aset budaya di Indonesia.

Riset ini mendukung SDG ke-9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, serta SDG ke-11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, karena mendorong penggunaan teknologi inovatif untuk infrastruktur bersejarah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Ikuti FIT ISI 2025, Dosen Sekolah Vokasi UGM Jelaskan Penerapan BIM pada Bangunan Cagar Budaya

Malang, 2 Oktober 2025 – Dalam ajang Forum Ilmiah Tahunan (FIT) Ikatan Surveyor Indonesia 2025, dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Ir. Hanif Ilmawan, S.T., M.Eng., IPP., memaparkan hasil penelitian tentang penerapan Building Information Modeling (BIM) untuk pelestarian bangunan cagar budaya. Studi ini menggunakan Kompleks Pantja Dharma UGM sebagai contoh penerapan nyata teknologi digital dalam upaya pelestarian warisan arsitektur Indonesia.

Menurut Hanif, dokumentasi digital 3D menjadi langkah penting dalam menjaga keaslian dan keutuhan bangunan cagar budaya, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Melalui kombinasi Terrestrial Laser Scanning (TLS) dan UAV Photogrammetry, tim peneliti menghasilkan model 3D yang presisi tinggi dan digunakan untuk membangun model BIM bangunan.

“Model BIM memungkinkan pengelola aset memahami kondisi aktual bangunan dan melakukan perawatan atau pengembangan dengan tetap menjaga keaslian strukturnya,” jelas Hanif. Ia menambahkan bahwa penerapan BIM juga dapat dikembangkan menjadi 4D BIM untuk menampilkan data deret waktu (time-series), sehingga dapat melacak perubahan kondisi bangunan dari waktu ke waktu.

Penelitian ini tidak hanya mendukung upaya pelestarian budaya, tetapi juga memperkenalkan pendekatan ilmiah berbasis teknologi digital dalam pengelolaan aset bersejarah. Inovasi ini diharapkan menjadi langkah awal menuju pengelolaan cagar budaya yang lebih efisien, akurat, dan berkelanjutan.

Penelitian ini berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, khususnya target 11.4 yang menekankan perlunya melindungi dan melestarikan warisan budaya dunia.

Transformasi Digital Warisan Budaya: Prodi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar Sekolah Vokasi UGM Kembangkan Model Simulasi 3D Interaktif Candi Prambanan


Yogyakarta, 25 Oktober 2025

Tim peneliti dari Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan Model Simulasi 3D interaktif untuk Bangunan Warisan Budaya dengan studi kasus pada Kompleks Candi Prambanan. Penelitian ini diketuai oleh Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng. dan didanai melalui hibah penelitian Sekolah Vokasi UGM tahun 2025.
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan representasi digital interaktif dari Candi Prambanan, salah satu situs warisan dunia UNESCO, melalui teknologi simulasi 3D. Model simulasi yang dibangun mencakup candi dihalaman utama yakni tiga candi utama yang terdiri dari Candi Siwa, Candi Brahma, dan Candi Wisnu, serta tiga candi wahana yaitu Candi Angsa, Candi Garuda, dan Candi Nandi. Setiap struktur dalam model digital menampilkan detail arsitektur, relief bercorak cerita epik Ramayana dan Krishnayana, hingga arca-arca sakral yang terdapat di ruang utama masing-masing candi.
Simulasi ini dikembangkan menggunakan perangkat lunak Unity, sebuah platform pengembangan interaktif yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan lingkungan digital. Melalui teknologi ini, pengunjung dapat “memasuki” area candi secara virtual dan menikmati pengalaman imersif layaknya berada di lokasi sebenarnya.

Menurut ketua tim peneliti, Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, pengembangan simulasi ini menjadi langkah inovatif dalam pelestarian warisan budaya berbasis teknologi. “Kami ingin menghadirkan pengalaman baru bagi pengunjung tanpa mengurangi nilai sakral dan keaslian situs. Selain itu, simulasi ini juga mendukung kebijakan konservasi, terutama jika terjadi pembatasan wisatawan demi menjaga stabilitas struktur bangunan candi,” ungkapnya.

Motivasi lain dari penelitian ini muncul dari pengalaman pandemi COVID-19, yang sempat membatasi akses wisata dan berdampak signifikan terhadap sektor ekonomi budaya. Dengan adanya model simulasi 3D interaktif ini, masyarakat tetap dapat menikmati dan mempelajari warisan budaya Candi Prambanan secara virtual, tanpa risiko kerusakan fisik maupun keterbatasan interaksi langsung.

Lebih jauh, penelitian ini berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama Tujuan 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan — melalui pelestarian warisan budaya dunia dengan dukungan teknologi digital; Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas — dengan memberikan media pembelajaran interaktif untuk mahasiswa, peneliti, dan masyarakat luas; Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi — melalui inovasi dalam sektor pariwisata digital dan ekonomi kreatif.

Dengan penelitian ini, UGM menunjukkan komitmennya dalam mengintegrasikan ilmu pengetahuan, budaya, dan teknologi untuk mendukung keberlanjutan pelestarian warisan budaya Indonesia. Diharapkan, model simulasi 3D Candi Prambanan ini dapat menjadi percontohan bagi pengembangan digital situs-situs budaya lainnya di Indonesia.

Departemen Teknologi Kebumian SV UGM dan PT Geo Metri Indonesia Jalin Kerja Sama melalui Workshop Total Station Robotic

Yogyakarta, 21 Oktober 2025 — Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (SV UGM) menjalin kerja sama dengan PT Geo Metri Indonesia dalam bidang pengembangan kompetensi teknologi survei dan pemetaan. Kegiatan ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua pihak yang dilaksanakan di Hall Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, UGM.

Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara dunia akademik dan industri, khususnya dalam penguasaan teknologi terkini di bidang survei dan pemetaan digital. Setelah penandatanganan kerja sama, kegiatan dilanjutkan dengan Workshop “Pengenalan & Pelatihan Total Station Alpha R1 Robotic” yang menghadirkan Muhamad Hasan Albana dari PT Geo Metri Indonesia sebagai narasumber.

Dalam pelatihan ini, peserta memperoleh pemahaman langsung tentang penggunaan Total Station Alpha R1 Robotic, sebuah alat ukur dengan sistem otomatis berbasis robotik yang mampu meningkatkan efisiensi dan akurasi pengukuran lapangan. Workshop ini diikuti oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar (TSPD) angkatan 2024, serta terbuka bagi mahasiswa dari seluruh program studi di Departemen Teknologi Kebumian.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan praktis serta mengenal perkembangan teknologi terkini di industri geospasial. Selain itu, kerja sama antara SV UGM dan PT Geo Metri Indonesia ini menjadi langkah konkret dalam mendukung pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pendidikan, penelitian terapan, dan pengabdian kepada masyarakat berbasis teknologi survei modern.

FGD Penetapan Batas Dusun di Kaliagung Wujud Sinergi Pemerintah Desa dan UGM

Kulon Progo, 18 Oktober 2025 – Pemerintah Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, bekerja sama dengan Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) terkait penetapan batas antar dusun di Balai Kalurahan Kaliagung.

Kegiatan ini bertujuan menyepakati batas administratif antar dusun guna mendukung ketertiban wilayah, peningkatan pelayanan publik, serta perencanaan pembangunan yang lebih akurat. Melalui kegiatan ini, tim dosen dan mahasiswa UGM turut melaksanakan salah satu bentuk Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat, dengan memberikan pendampingan teknis pemetaan dan penyusunan peta batas berbasis geospasial.

Dalam kegiatan tersebut, para peserta FGD yang terdiri dari perangkat kalurahan, kepala dusun, tokoh masyarakat, serta tim teknis UGM aktif berdiskusi mengenai batas wilayah berdasarkan data lapangan, peta historis, dan kondisi faktual di lapangan. Proses diskusi berlangsung kondusif dan menghasilkan kesepahaman awal yang akan ditindaklanjuti dengan survei lapangan untuk memastikan ketepatan batas antar dusun.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal dalam mewujudkan tata kelola wilayah yang tertib dan akurat, sekaligus memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan pemerintah desa dalam mendukung pembangunan berbasis data geospasial.