Arsip:

SDGs 13 Penanganan Perubahan Iklim

Gunung Bromo Naik Pelan tapi Pasti: Hasil kajian dengan InSAR Sentinel-1

Tim peneliti Sekolah Vokasi UGM yang dipimpin Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc. berhasil mengungkap bahwa kawasan Kaldera Tengger yang menaungi Kompleks Gunung Bromo mengalami pengangkatan (uplift) vertikal yang bersifat luas dan hampir linier selama periode Maret 2017 hingga Februari 2021. Temuan ini diperoleh melalui pemanfaatan data InSAR multi-orbit Sentinel-1 (ascending dan descending) yang diproses dengan sistem LiCSAR–LiCSBAS untuk mendapatkan deret waktu perpindahan permukaan bumi.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa dalam kurun empat tahun tersebut terjadi kumulatif pengangkatan sekitar 91 mm dengan kecepatan maksimum mencapai 24,76 mm/tahun. Pola kenaikan ini tidak hanya muncul di sekitar kawah aktif, tetapi mencakup hampir seluruh lantai kaldera (sand sea) dan lereng bagian dalam, sehingga ditafsirkan sebagai respons terhadap inflasi dangkal dari sistem magmatik atau hidrotermal yang pasokannya lebih besar daripada pelepasan material melalui erupsi kecil dan degassing.

Menurut Panuntun, kendala utama pemantauan deformasi gunung api dengan InSAR adalah karena pengukuran umumnya hanya satu dimensi, yakni mengikuti garis pandang satelit (LOS) sehingga sulit membedakan perpindahan horizontal dan vertikal. Dengan menggabungkan dua geometri orbit, timnya berhasil mendekomposisi perpindahan LOS menjadi komponen naik (up) yang lebih representatif untuk analisis tekanan magma, dan sekaligus mengurangi ambiguitas interpretasi yang kerap muncul ketika sinyal LOS orbit naik dan turun berlawanan. “Pendekatan multi-orbit membuat peta deformasi vertikal kita jauh lebih kredibel untuk keperluan kesiapsiagaan,” ujarnya dalam laporan risetnya.

Kegiatan riset ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pertama, SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, karena informasi deformasi vertikal yang presisi membantu pemerintah daerah dan pengelola kawasan wisata Bromo–Tengger–Semeru dalam menata ruang berbasis risiko erupsi dan bahaya geologi. Kedua, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana, sebab hasil penelitian langsung memperkuat sistem peringatan dini dan surveilans gunung api berbasis data pengindraan jauh. Ketiga, riset ini juga berkontribusi pada SDG 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir (InSAR multi-orbit, pemrosesan LiCSAR–LiCSBAS) untuk layanan publik di bidang kebencanaan. Dengan demikian, keluaran ilmiah dari penelitian ini tidak hanya menambah pemahaman tentang dinamika magmatik Bromo, tetapi juga memberi dasar ilmiah yang dapat segera dioperasionalkan untuk pembangunan yang aman dan berkelanjutan di kawasan vulkanik aktif Indonesia.

Dosen SV UGM Paparkan Riset Deformasi Vertikal Gunung Bromo di Forum Ilmiah Tahunan ISI 2025

Dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc., berpartisipasi pada Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 yang berlangsung di Hotel Harris Malang, 2–3 Oktober 2025. Tahun ini FIT ISI mengusung tema “The Future Landscape of Geospatial AI-driven for Sustainable Development Goals Technologies” yang menekankan peran teknologi geospasial cerdas untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Pada sesi presentasi akademik, Panuntun memaparkan hasil risetnya berjudul “Vertical Displacement, InSAR, Tengger Caldera, Mount Bromo, Sentinel-1.” Penelitian ini mengkaji deformasi permukaan vertikal di kawasan Kawah Tengger–Gunung Bromo, Jawa Timur dengan memanfaatkan data multi-orbit InSAR Sentinel-1 periode 2017–2021.

Dalam paparannya, Panuntun menjelaskan bahwa Gunung Bromo sebagai gunungapi aktif memiliki potensi menghasilkan perubahan ketinggian permukaan yang tidak selalu terdeteksi jika hanya mengandalkan pergeseran garis pandang (LOS) satelit. “Pendekatan InSAR tunggal memang mampu menunjukkan adanya pengangkatan (uplift), tetapi sulit memisahkan komponen horizontal dan vertikal. Dengan mengintegrasikan beberapa orbit, estimasi deformasi vertikal menjadi lebih andal dan lebih relevan untuk interpretasi proses magmatik,” ujarnya.

Partisipasi Hidayat Panuntun pada FIT ISI 2025 sekaligus menunjukkan kontribusi perguruan tinggi, khususnya SV UGM/Prodi bidang survei dan pemetaan, dalam mendorong penerapan teknologi geospasial untuk keselamatan publik dan pembangunan berkelanjutan. Acara FIT ISI 2025 sendiri dihadiri akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan geospasial dari berbagai daerah, dengan rangkaian seminar, presentasi hasil penelitian, dan forum kolaborasi lintas instansi.

Riset ini memiliki keterkaitan langsung dengan agenda SDGs, khususnya:

  • SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) melalui peningkatan kesiapsiagaan bencana vulkanik bagi masyarakat di kawasan Tengger dan sekitarnya;
  • SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan memperkuat sistem peringatan dini dan basis data bahaya geologi;
  • serta mendukung SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) lewat pemanfaatan teknologi geospasial dan InSAR multi-orbit sebagai pendekatan praktis dan terukur untuk pemantauan bahaya gunung api di Indonesia.

Studi Deformasi Candi Prambanan untuk Menjaga Warisan Budaya UNESCO

Yogyakarta – Menjulang di antara hamparan sawah dan latar Gunung Merapi yang megah, Candi Prambanan menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Hindu di Jawa abad ke-9. Sejak ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991, kompleks candi ini tidak hanya menjadi destinasi wisata spiritual dan budaya, tetapi juga simbol harmoni dan toleransi yang melekat dalam sejarah Nusantara.

Namun, di balik keelokannya, Prambanan menyimpan ancaman yang nyata. Letaknya yang berada di wilayah patahan aktif Sesar Opak membuat candi ini berada di zona rawan gempa bumi. Peristiwa gempa Yogyakarta tahun 2006 menjadi bukti betapa rentannya situs ini terhadap aktivitas tektonik. Kala itu, sebagian struktur batuan runtuh, beberapa relief rusak, dan sejumlah bagian utama harus melalui proses restorasi panjang.

Secara geologis, kompleks Candi Prambanan berdiri di atas tanah berpasir yang dekat dengan Sungai Opak. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap likuefaksi dan pergerakan tanah ketika terjadi gempa besar. Selain itu, aktivitas vulkanik Gunung Merapi, yang terletak sekitar 25 kilometer di utara, turut menambah tantangan konservasi.

“Candi Prambanan bukan hanya peninggalan sejarah, tetapi juga monumen yang berdiri di atas wilayah geologi yang hidup. Karena itu, upaya konservasi harus berbasis pada data ilmiah,” ungkap Rochmad Muryamto, dosen Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus ketua peneliti pada studi ini.

Sejak tahun 2022, tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM melakukan pemantauan deformasi pada Candi Prambanan sebagai bagian dari riset geodetik untuk konservasi cagar budaya. Studi deformasi merupakan penelitian yang bertujuan memantau perubahan posisi atau bentuk struktur secara presisi akibat faktor alam, seperti gempa, pergerakan tanah, maupun penurunan fondasi. Melalui studi ini, tim dapat mendeteksi perubahan sekecil apa pun — bahkan dalam satuan milimeter — sebelum berdampak besar pada stabilitas struktur.

Tim UGM menggabungkan dua teknologi utama: Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Total Station. Melalui GNSS, delapan titik kontrol di sekitar kompleks candi dipantau selama 24 jam penuh menggunakan receiver ganda frekuensi tinggi. Hasil pengukuran mampu menghasilkan posisi dengan akurasi hingga tingkat milimeter, memungkinkan deteksi pergerakan tanah secara absolut.

Sementara itu, pengamatan Total Station dilakukan dengan memasang prisma pengukuran langsung pada tubuh candi. Instrumen ini merekam pergeseran relatif antar titik pantau di permukaan bangunan. Pengamatan dilakukan secara berkala pada tahun 2022 hingga 2025, untuk melihat perubahan spasial dari waktu ke waktu.

“Metode ini memungkinkan kami mendeteksi deformasi hingga fraksi milimeter, sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan pengamatan visual biasa,” kata Hidayat Panuntun, anggota peneliti yang terlibat dalam pengolahan data lapangan. Pendekatan ganda ini—memadukan pemantauan horizontal dan vertikal—memberikan gambaran menyeluruh tentang perilaku struktur candi terhadap lingkungan geodinamiknya. “Dengan data ini, kami dapat merekomendasikan area mana yang perlu pemantauan lebih sering dan bagian struktur mana yang mungkin membutuhkan intervensi konservasi,” ujar Panuntun.

Data deformasi seperti ini sangat krusial untuk merancang kebijakan konservasi berbasis bukti (evidence-based conservation). Dengan sistem pengamatan berkelanjutan, pengelola situs warisan budaya dapat memantau perubahan struktur tanpa menunggu hingga kerusakan besar terjadi.

“Pendekatan geodetik ini bukan hanya tentang pengukuran, tapi tentang menjaga cerita yang diukir dalam batu selama lebih dari seribu tahun. Pelestarian cagar budaya bukan sekadar merawat batu, tetapi juga menjaga nilai kemanusiaan dan keberlanjutan bumi tempat kita berpijak.” – tutur Rochmad menutup sesi wawancara di laboratorium Geomatika SV UGM.

Keberhasilan pemantauan deformasi di Candi Prambanan menjadi model bagi pengawasan situs budaya lain di Indonesia seperti Candi Borobudur, Plaosan, atau Muara Takus. Metode kombinasi GNSS–Total Station terbukti efisien dan presisi tinggi untuk memantau bangunan bersejarah yang terpapar risiko geologis.

Penelitian ini juga memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan pengelola situs budaya. Tim UGM berkomitmen menjadikan kegiatan ini sebagai program pemantauan jangka panjang yang terintegrasi dengan kebijakan pelestarian nasional.

Kegiatan riset ini tidak hanya berorientasi pada pelestarian budaya, tetapi juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya:

  • SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, melalui perlindungan warisan budaya dunia sebagai bagian dari pembangunan kota yang inklusif dan tangguh.
  • SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, karena pemantauan deformasi membantu mitigasi risiko bencana geologi yang diperparah oleh dinamika iklim dan lingkungan.
  • SDG 15: Kehidupan di Darat, dengan memastikan keberlanjutan ekosistem dan perlindungan warisan alam serta budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.

Pemaparan Hasil Pemantauan Deformasi Permukaan Gunung Marapi Sebelum Peristiwa Erupsi Tahun 2023

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2024 yang diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tanggal 19 Oktober 2024 menampilkan penelitian inovatif di bidang teknologi terapan. Salah satu presentasi unggulan datang dari peneliti Departemen Teknologi Kebumian UGM yang memaparkan terobosan dalam pemantauan gunung api menggunakan teknologi berbasis satelit.

Dr. Hidayat Panuntun dan Muhammad Iqbal Taftazani, M. Eng mempresentasikan hasil penelitian mereka berjudul “InSAR Imaging of Surface Deformation Due to the Volcanic Activity of Mount Marapi, Indonesia.” Penelitian ini mengungkapkan penggunaan teknologi Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) untuk memantau deformasi permukaan akibat aktivitas vulkanik di Gunung Marapi, salah satu gunung api paling aktif di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatra Barat.

Gunung Marapi tercatat mengalami aktivitas vulkanik tinggi pada tahun 2022–2023, dengan beberapa letusan besar yang mengakibatkan kerusakan signifikan dan korban jiwa di wilayah sekitarnya, termasuk Kota Padang. Peristiwa ini menegaskan perlunya pengembangan teknologi untuk mitigasi bencana. Dalam penelitian ini, Dr. Hidayat dan timnya menggunakan data dari tahun 2015 hingga 2023 untuk menganalisis tren deformasi permukaan gunung tersebut. Teknik InSAR timeseries yang digunakan memungkinkan pemantauan inflasi di sekitar kaldera Gunung Marapi, yang merupakan tanda awal pergerakan magma menuju permukaan sebelum terjadinya erupsi.

Penelitian ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama Tujuan 11 (Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan) dan Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim). Dengan menyediakan informasi yang akurat dan terperinci untuk mitigasi bencana vulkanik, penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan ketahanan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana serta memperkuat sistem peringatan dini.

Dengan memanfaatkan perangkat lunak canggih seperti LiCSAR dan LiCSBAS, penelitian ini menegaskan bahwa teknologi berbasis satelit dapat menjadi alat vital dalam pemantauan deformasi gunung api secara rutin. Temuan ini diharapkan dapat mendorong pengembangan teknologi mitigasi bencana yang lebih terintegrasi di masa mendatang.

 

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

Ikon SDGs 13 Penanganan perubahan iklim

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Digitalisasi Cagar Budaya: Teknologi HBIM pada Bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi di Kompleks Pantja Dharma

Proyek digitalisasi dan dokumentasi 3D bangunan bersejarah semakin menjadi prioritas dalam upaya pelestarian warisan budaya. Salah satu upaya penting yang tengah dilaksanakan adalah pembuatan model 3D dua bangunan bersejarah, yaitu Bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi, yang berada di kompleks Pantja Dharma. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk mengembangkan sistem Heritage Building Information Modeling (HBIM), yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan dan pelestarian bangunan cagar budaya di masa depan.

 

 

Pendokumentasian dan pembuatan model 3D kedua bangunan ini memiliki tujuan strategis. Pertama, digitalisasi arsip merupakan langkah penting untuk memastikan warisan budaya tetap terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang. Mengingat usia bangunan-bangunan ini, risiko kerusakan dan pelapukan sangat tinggi. Dengan digitalisasi, bentuk fisik dan detail arsitektur dapat terdokumentasi secara akurat, sekaligus menyimpan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk konservasi lebih lanjut.

Kedua, proyek ini juga bertujuan untuk mengembangkan Heritage Building Information Modeling (HBIM), sebuah sistem manajemen informasi yang memadukan teknologi modern dengan arsitektur bangunan bersejarah. HBIM memungkinkan pengelolaan bangunan cagar budaya secara lebih efisien, baik dari segi perawatan, restorasi, maupun penelitian akademis. Melalui pemodelan ini, data struktur bangunan dapat dianalisis secara mendalam, yang memungkinkan perawatan bangunan berdasarkan informasi yang akurat dan komprehensif.

 

 

Pemodelan 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi dilakukan dengan menggunakan metode point cloud, yang dihasilkan dari pengukuran laser scanner. Teknologi laser scanning ini mampu menghasilkan jutaan titik data yang merekam setiap detail bangunan dengan akurasi tinggi. Setiap sudut dan elemen bangunan dipindai untuk menghasilkan representasi visual yang sangat presisi.

Data point cloud yang dihasilkan kemudian diolah menjadi model digital menggunakan perangkat lunak pemodelan 3D. Proses ini melibatkan konversi data mentah menjadi bentuk geometris yang akurat, termasuk struktur dinding, atap, jendela, serta elemen arsitektur lainnya. Setelah tahap ini, model tersebut diintegrasikan ke dalam sistem HBIM, di mana informasi terkait bahan bangunan, teknik konstruksi, dan sejarah bangunan juga dapat ditambahkan. Dengan demikian, HBIM tidak hanya menyajikan bentuk fisik bangunan, tetapi juga informasi penting yang mendukung pengelolaannya.

 

 

Model 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi membuka berbagai peluang pengembangan di masa mendatang. Salah satu potensi utama adalah dalam upaya konservasi dan restorasi bangunan. Dengan adanya model digital yang sangat akurat, pihak berwenang dapat melakukan pemantauan kondisi bangunan secara berkala, mengidentifikasi kerusakan, dan merencanakan restorasi dengan lebih efisien. Selain itu, model ini juga dapat digunakan untuk simulasi restorasi, sehingga pihak konservator dapat melakukan perencanaan yang matang sebelum memulai pekerjaan fisik di lapangan.

 

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi

Ikon SDGs 4 Pendidikan Bermutu

Ikon SDGs 13 Penanganan perubahan iklim

 

 

 

 

 

Kunjungan Mahasiswa TSPD ke BMKG Kabupaten Nganjuk

Perwakilan Mahasiswa Teknologi Survei dan Pemetaan dasar melaksanakan kunjungan ke BMKG di Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur bersama dengan Ikatan Mahasiswa Geodesi Indonesia (IMGI) dalam acara Company Visit IMGI 2024 pada tanggal 28 Maret 2024.

Acara Company Visit ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Geomatika Institut Teknologi Surabaya (HIMAGE ITS) dan dihadiri oleh beberapa delegasi, yaitu Mahasiswa Teknologi Survei Pemetaan Dasar dan Mahasiswa Teknik Geodesi UGM.

Bentuk kegiatan Company Visit yaitu mengadakan kunjungan langsung ke BMKG Stasiun Geofisika Sawahan – Nganjuk dan melakukan seminar interaktif berupa pemberian study case (berhubungan dengan dunia kerja kegeodesian) yang dipaparkan oleh narasumber dari BMKG Stasiun Geofisika Sawahan – Nganjuk.

 

 

Rasyid Widayanta selaku peserta Acara Company Visit dari Delegasi KMTSP menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat menarik karena kegiatan dilaksanakan di BMKG Nganjuk yang diadakan oleh teman-teman dari HIMAGE ITS. Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui ilmu terkait kebumian yang ada di BMKG, seperti alat-alat yang ada di BMKG, mulai dari alat pemantauan cuaca ataupun alat pendeteksi gempa yang berupa sensor. Pihak BMKG mendampingi dengan sangat baik dalam membimbing mahasiswa untuk mengenal alat-alat yang ada di BMKG.

Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk dilakukan karena selain mendapatkan banyak relasi dari berbagai delegasi yang ikut pada Company Visit, mahasiswa juga mendapatkan ilmu tentang kebumian yang langsung bersumber dari BMKG Nganjuk – Jawa Timur.

Penulis: Putri Shafaa Salsabila

 

 

 

 

 

 

Tim Mahasiswa TSPD SV UGM Raih Juara Dua Mapping dan Penghargaan “Most Unique Video Presentation” di GIS Contest SuperMap 2023

Pada 15 September 2023, GIS Contest SuperMap 2023, sebuah kompetisi internasional yang mempertemukan mahasiswa dari seluruh dunia untuk menampilkan inovasi dalam pemetaan dan analisis spasial menggunakan perangkat lunak SuperMap, diselenggarakan secara daring. Dalam kompetisi ini, tim dari Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Sekolah Vokasi UGM, berhasil meraih juara dua dalam kategori Mapping dengan penghargaan “Most Unique Video Presentation.” Prestasi ini dicapai melalui proyek mereka yang mengusung topik tentang timbunan sampah dan emisi metana di Tempat Penampungan Akhir (TPA).

 

 

Foto di atas menunjukkan momen penyerahan sertifikat dan merchandise kepada pemenang juara 2 kategori Mapping, tim UGM, yang terdiri dari Ridho Haikal Permana, Farizi Hibatul Hakim, Ummi Kun Barorotur Rofiah, dan Nadifa Ramadhani berhasil meraih penghargaan di ajang nasional yang diselenggarakan oleh pihak Supermap yang merupakan salah satu perusahaan GIS terbesar di Asia.

Kompetisi GIS Contest SuperMap 2023 dimulai dengan proses pendaftaran peserta yang diikuti dengan pengumpulan proyek, laporan, dan data mentah oleh masing-masing tim. Kategori yang dilombakan meliputi Mapping dan Application Analysis. Tim UGM memilih untuk bersaing di kategori Mapping, dengan fokus pada isu lingkungan yang sangat relevan, yaitu prediksi timbunan sampah dan emisi metana di TPA.

Proses pengerjaan proyek dimulai dengan pengumpulan dan analisis data spasial terkait TPA di beberapa wilayah di Indonesia. Menggunakan perangkat lunak SuperMap iDesktopX versi 10i, tim ini memproses data untuk menghasilkan peta tematik yang unik dan informatif. Peta ini memvisualisasikan potensi timbunan sampah dan emisi metana yang dihasilkan, yang diproyeksikan hingga tahun 2045, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Setelah penyelesaian proyek, tim UGM menyusun laporan mendetail dan video presentasi yang menonjolkan hasil kerja mereka. Video ini menampilkan penjelasan mengenai latar belakang potensi timbunan sampah dan emisi metana dengan animasi dan visualisasi data yang unik, dan berhasil menarik perhatian juri dan mengantarkan tim UGM meraih penghargaan “Most Unique Video Presentation.”

Anggota tim UGM, saat diwawancarai, menyampaikan bahwa pemilihan topik ini dilandasi oleh keprihatinan mereka terhadap masalah pengelolaan sampah di Indonesia yang semakin mendesak. “Kami ingin memberikan kontribusi nyata dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih baik di masa depan.” ujar salah satu anggota tim.

Keberhasilan tim UGM dalam meraih juara dua kategori Mapping dengan penghargaan “Most Unique Video Presentation” di GIS Contest SuperMap 2023 menegaskan kemampuan mereka dalam mengintegrasikan teknologi GIS dengan analisis masalah lingkungan yang nyata. Proyek ini memberikan kontribusi signifikan dalam menyediakan data dan wawasan yang dapat digunakan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya pengelolaan sampah yang lebih efisien dan berkelanjutan. Tim UGM berharap hasil karya mereka dapat menjadi inspirasi dan panduan bagi proyek-proyek serupa di masa depan, mendukung terciptanya lingkungan yang lebih baik menuju Indonesia Emas 2045.