Pos oleh :

Humas STR-TSPD

Pengadministrasi Akademik

PEMBUATAN PETA KEPENDUDUKAN PADUKUHAN JETAK, KALIWILUT, DAN TEGOWANU, KALURAHAN KALIAGUNG, SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

Upaya peningkatan kualitas data kependudukan terus dilakukan oleh Program Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk pembuatan peta kependudukan di Padukuhan Jetak, Kaliwilut, dan Tegowanu, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo. Kegiatan yang dipimpin oleh Muhammad Iqbal Taftazani, S.T., M.Eng. ini berfokus pada pemanfaatan teknologi pemetaan digital untuk memperkuat sistem administrasi dan perencanaan pembangunan tingkat kalurahan.

Peta kependudukan disusun dengan menggabungkan pengumpulan data lapangan dan pemetaan digital menggunakan perangkat lunak GIS, sehingga menghasilkan informasi spasial yang lebih presisi dan mudah diperbarui. Melalui pendekatan partisipatif dengan observasi dari foto udara, tim pelaksana melibatkan perangkat kalurahan dan masyarakat dalam setiap tahap kegiatan agar hasil yang diperoleh dapat presisi sesuai kondisi di lapangan.

Penerapan teknologi ini tidak hanya menghasilkan peta visual yang informatif, tetapi juga mendorong transformasi digital dalam pengelolaan data kependudukan. Dengan pendampingan dari tim pengabdian, perangkat kalurahan dilatih untuk memahami pengoperasian perangkal lunak GIS dan pengelolaan basis data spasial, sehingga dapat mengembangkan sistem informasi kependudukan yang mandiri dan berkelanjutan. Pemerintah Kalurahan Kaliagung melihat besarnya potensi data spasial untuk menunjang kebijakan pembangunan di pemerintah desa. Program ini sejalan dengan semangat Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), sebagai wujud sinergi antara dunia akademik dan masyarakat dalam mendorong kemajuan desa berbasis data dan teknologi.

PEMBUATAN PETA KEPENDUDUKAN PADUKUHAN KEMIRI, DEGUNG, DAN KLEBEN, KALURAHAN KALIAGUNG, SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

Tim pengabdian kepada masyarakat dari Program Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan kegiatan pembuatan peta kependudukan di Padukuhan Kemiri, Degung, dan Kleben, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan yang diketuai oleh Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc. ini merupakan bagian dari upaya penerapan ilmu geospasial untuk mendukung tata kelola data kependudukan dan perencanaan pembangunan desa berbasis spasial.

Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan peta kependudukan yang akurat dan mudah diakses sebagai dasar pengambilan keputusan di tingkat kalurahan. Melalui pemetaan ini, pemerintah desa dapat melihat dan memahami sebaran penduduk secara lebih jelas.

Dalam pelaksanaannya, tim melakukan pengumpulan data lapangan, pemetaan batas wilayah, dan validasi informasi penduduk bersama perangkat kalurahan dan masyarakat. Selain menghasilkan peta digital, kegiatan ini juga mencakup sharing knowledge pemanfaatan teknologi pemetaan agar perangkat kalurahan mampu memperbarui data secara mandiri dan berkelanjutan.

Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat dan pemerintah Kalurahan Kaliagung karena dinilai membantu mewujudkan tata kelola desa berbasis data. Program ini juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan), SDG 16 (Kelembagaan yang Tangguh), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), melalui kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam penguatan kapasitas dan pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

PEMBUATAN PETA KEPENDUDUKAN PADUKUHAN KALIPENTEN DAN NGLOTAK, KALURAHAN KALIAGUNG, SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

Dalam upaya mendukung pengelolaan data kependudukan yang lebih tertata dan akurat, Program Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), melaksanakan kegiatan pembuatan peta kependudukan di Padukuhan Kalipenten dan Nglotak, Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Kegiatan ini diketuai oleh Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc., dan menjadi salah satu bentuk nyata implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat. Melalui program ini, tim dosen dan mahasiswa bekerja bersama perangkat kalurahan dalam proses pengumpulan, verifikasi, dan pengolahan data spasial yang berkaitan dengan kondisi kependudukan di dua padukuhan tersebut.

Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc. menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan menghasilkan produk peta, tetapi juga membangun kesadaran pentingnya data spasial di tingkat desa. “Kami berharap pemerintah desa dapat menggunakan peta ini untuk mendukung kebijakan yang berbasis data, sehingga pelayanan masyarakat bisa lebih tepat sasaran,” ungkapnya.

Sementara itu, pihak Pemerintah Kalurahan Kaliagung menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi Sekolah Vokasi UGM. Mereka menilai bahwa hasil kegiatan ini akan sangat membantu dalam penyusunan rencana pembangunan desa, pendataan penduduk, serta pengelolaan wilayah secara lebih efisien.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan hubungan antara UGM dan Pemerintah Kalurahan Kaliagung semakin erat, sekaligus menjadi contoh sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan desa berbasis data dan teknologi. Kegiatan ini selaras dengan SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan) melalui penyediaan data spasial untuk perencanaan desa, SDG 16 (Kelembagaan yang Tangguh) lewat penguatan tata kelola berbasis data, serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi antara UGM dan pemerintah desa.

PEMBUATAN PETA KEPENDUDUKAN PADUKUHAN NGRANDU, BANYUNGANTI LOR, DAN KALIGALANG, KALURAHAN KALIAGUNG, SENTOLO, KABUPATEN KULON PROGO

Sentolo, Kulon Progo — Program Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Pemerintah Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, melaksanakan kegiatan pembuatan peta kependudukan di tiga padukuhan, yaitu Ngrandu, Banyunganti Lor, dan Kaligalang.

Kegiatan ini diketuai oleh Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng dan merupakan bagian dari implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat. Melalui program ini, mahasiswa dan dosen berperan aktif dalam mendukung pembangunan berbasis data spasial di tingkat desa.

Peta kependudukan yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi instrumen penting bagi pemerintah kalurahan dalam pengelolaan administrasi kependudukan, perencanaan pembangunan wilayah, serta peningkatan pelayanan publik. Proses pembuatan peta melibatkan pengumpulan data spasial dan nonspasial melalui survei lapangan, pengukuran posisi menggunakan alat survei modern, serta pengolahan data dengan perangkat lunak pemetaan terkini.

Pihak Kalurahan Kaliagung menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan bahwa hasil peta tersebut akan sangat bermanfaat bagi kalurahan, terutama dalam perencanaan pembangunan dan penataan wilayah. “Kami berterima kasih kepada tim dari Sekolah Vokasi UGM atas kontribusinya. Peta kependudukan ini akan membantu kami memiliki data yang lebih akurat dan terstruktur,” ujarnya.

Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran nyata bagi mahasiswa. Mahasiswa dapat menerapkan langsung ilmu survei dan pemetaan yang diperoleh di kelas untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan, sehingga mereka memperoleh pengalaman profesional sekaligus berkontribusi bagi masyarakat.

Dengan terlaksananya program ini, diharapkan sinergi antara UGM dan pemerintah kalurahan dapat terus berlanjut guna mewujudkan pembangunan desa yang berbasis data, partisipatif, dan berkelanjutan. Kegiatan ini selaras dengan SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), SDG 16 (Kelembagaan yang Tangguh), dan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Prestasi Membanggakan: Mahasiswa TSPD Raih Juara 2 di Geopoint ITB 2025 dengan Inovasi Aplikasi M-FEAST

Tim Barudak Waluh dari mahasiswa angkatan 2022 Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar (TSPD), Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi UGM, berhasil meraih Juara 2 pada ajang Festival Karya Tulis Ilmiah – Geopoint ITB 2025. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Geodesi Institut Teknologi Bandung tersebut dilaksanakan pada Kamis, 13 November 2025 dan diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Dalam perlombaan ini, tim yang beranggotakan Muhammad Zulfan Dwi Sukasyah, Ridho Haikal Permana, dan Syifa Us Sudur tersebut mengangkat karya berjudul “Rancang Bangun Aplikasi M-FEAST: Monitoring dan Evaluasi Layanan Makan Bergizi Gratis Berbasis Spatial Network Analysis”. Karya ini menawarkan konsep aplikasi berbasis analisis jaringan spasial untuk membantu pemantauan dan evaluasi pemerataan layanan makan bergizi gratis bagi masyarakat.

Gagasan yang diusung Barudak Waluh sejalan dengan beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain SDG 2 (Tanpa Kelaparan) melalui dukungan terhadap pemerataan akses layanan makan bergizi, serta SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dengan memastikan masyarakat memperoleh asupan gizi yang lebih baik. Selain itu, penggunaan teknologi spasial juga mencerminkan kontribusi terhadap SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), khususnya dalam inovasi teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik. Kolaborasi dan partisipasi mahasiswa dalam menghadirkan solusi berbasis data juga relevan dengan SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Rangkaian kegiatan lomba meliputi pengumpulan abstrak, penyusunan full paper, pengumuman delapan besar, hingga final presentasi yang mempertemukan tim-tim terbaik. Barudak Waluh berhasil melalui seluruh tahapan tersebut dan tampil meyakinkan pada sesi final hingga berhasil meraih posisi kedua.

Pencapaian ini tidak terlepas dari bimbingan dosen pengampu, Ir. Hanif Ilmawan, S.T., M.Eng., yang mendukung proses penyusunan karya sejak tahap awal. Prestasi ini sekaligus menjadi bukti kemampuan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM dalam berinovasi melalui pemanfaatan teknologi survei dan pemetaan untuk menghadirkan solusi atas isu-isu aktual di masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan melalui teknologi dan inovasi. Prestasi ini selaras dengan SDG 2, SDG 3, SDG 9, dan SDG 17 melalui inovasi teknologi spasial untuk mendukung pemerataan layanan makan bergizi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Selamat untuk Tim Barudak Waluh!!!!

Gunung Bromo Naik Pelan tapi Pasti: Hasil kajian dengan InSAR Sentinel-1

Tim peneliti Sekolah Vokasi UGM yang dipimpin Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc. berhasil mengungkap bahwa kawasan Kaldera Tengger yang menaungi Kompleks Gunung Bromo mengalami pengangkatan (uplift) vertikal yang bersifat luas dan hampir linier selama periode Maret 2017 hingga Februari 2021. Temuan ini diperoleh melalui pemanfaatan data InSAR multi-orbit Sentinel-1 (ascending dan descending) yang diproses dengan sistem LiCSAR–LiCSBAS untuk mendapatkan deret waktu perpindahan permukaan bumi.

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa dalam kurun empat tahun tersebut terjadi kumulatif pengangkatan sekitar 91 mm dengan kecepatan maksimum mencapai 24,76 mm/tahun. Pola kenaikan ini tidak hanya muncul di sekitar kawah aktif, tetapi mencakup hampir seluruh lantai kaldera (sand sea) dan lereng bagian dalam, sehingga ditafsirkan sebagai respons terhadap inflasi dangkal dari sistem magmatik atau hidrotermal yang pasokannya lebih besar daripada pelepasan material melalui erupsi kecil dan degassing.

Menurut Panuntun, kendala utama pemantauan deformasi gunung api dengan InSAR adalah karena pengukuran umumnya hanya satu dimensi, yakni mengikuti garis pandang satelit (LOS) sehingga sulit membedakan perpindahan horizontal dan vertikal. Dengan menggabungkan dua geometri orbit, timnya berhasil mendekomposisi perpindahan LOS menjadi komponen naik (up) yang lebih representatif untuk analisis tekanan magma, dan sekaligus mengurangi ambiguitas interpretasi yang kerap muncul ketika sinyal LOS orbit naik dan turun berlawanan. “Pendekatan multi-orbit membuat peta deformasi vertikal kita jauh lebih kredibel untuk keperluan kesiapsiagaan,” ujarnya dalam laporan risetnya.

Kegiatan riset ini selaras dengan beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pertama, SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, karena informasi deformasi vertikal yang presisi membantu pemerintah daerah dan pengelola kawasan wisata Bromo–Tengger–Semeru dalam menata ruang berbasis risiko erupsi dan bahaya geologi. Kedua, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana, sebab hasil penelitian langsung memperkuat sistem peringatan dini dan surveilans gunung api berbasis data pengindraan jauh. Ketiga, riset ini juga berkontribusi pada SDG 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur melalui pemanfaatan teknologi geospasial mutakhir (InSAR multi-orbit, pemrosesan LiCSAR–LiCSBAS) untuk layanan publik di bidang kebencanaan. Dengan demikian, keluaran ilmiah dari penelitian ini tidak hanya menambah pemahaman tentang dinamika magmatik Bromo, tetapi juga memberi dasar ilmiah yang dapat segera dioperasionalkan untuk pembangunan yang aman dan berkelanjutan di kawasan vulkanik aktif Indonesia.

Dosen SV UGM Paparkan Riset Deformasi Vertikal Gunung Bromo di Forum Ilmiah Tahunan ISI 2025

Dosen Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Hidayat Panuntun, S.T., M.Eng., D.Sc., berpartisipasi pada Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI) 2025 yang berlangsung di Hotel Harris Malang, 2–3 Oktober 2025. Tahun ini FIT ISI mengusung tema “The Future Landscape of Geospatial AI-driven for Sustainable Development Goals Technologies” yang menekankan peran teknologi geospasial cerdas untuk pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Pada sesi presentasi akademik, Panuntun memaparkan hasil risetnya berjudul “Vertical Displacement, InSAR, Tengger Caldera, Mount Bromo, Sentinel-1.” Penelitian ini mengkaji deformasi permukaan vertikal di kawasan Kawah Tengger–Gunung Bromo, Jawa Timur dengan memanfaatkan data multi-orbit InSAR Sentinel-1 periode 2017–2021.

Dalam paparannya, Panuntun menjelaskan bahwa Gunung Bromo sebagai gunungapi aktif memiliki potensi menghasilkan perubahan ketinggian permukaan yang tidak selalu terdeteksi jika hanya mengandalkan pergeseran garis pandang (LOS) satelit. “Pendekatan InSAR tunggal memang mampu menunjukkan adanya pengangkatan (uplift), tetapi sulit memisahkan komponen horizontal dan vertikal. Dengan mengintegrasikan beberapa orbit, estimasi deformasi vertikal menjadi lebih andal dan lebih relevan untuk interpretasi proses magmatik,” ujarnya.

Partisipasi Hidayat Panuntun pada FIT ISI 2025 sekaligus menunjukkan kontribusi perguruan tinggi, khususnya SV UGM/Prodi bidang survei dan pemetaan, dalam mendorong penerapan teknologi geospasial untuk keselamatan publik dan pembangunan berkelanjutan. Acara FIT ISI 2025 sendiri dihadiri akademisi, praktisi, dan pemangku kepentingan geospasial dari berbagai daerah, dengan rangkaian seminar, presentasi hasil penelitian, dan forum kolaborasi lintas instansi.

Riset ini memiliki keterkaitan langsung dengan agenda SDGs, khususnya:

  • SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) melalui peningkatan kesiapsiagaan bencana vulkanik bagi masyarakat di kawasan Tengger dan sekitarnya;
  • SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dengan memperkuat sistem peringatan dini dan basis data bahaya geologi;
  • serta mendukung SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) lewat pemanfaatan teknologi geospasial dan InSAR multi-orbit sebagai pendekatan praktis dan terukur untuk pemantauan bahaya gunung api di Indonesia.

Studi Deformasi Candi Prambanan untuk Menjaga Warisan Budaya UNESCO

Yogyakarta – Menjulang di antara hamparan sawah dan latar Gunung Merapi yang megah, Candi Prambanan menjadi saksi bisu kejayaan peradaban Hindu di Jawa abad ke-9. Sejak ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991, kompleks candi ini tidak hanya menjadi destinasi wisata spiritual dan budaya, tetapi juga simbol harmoni dan toleransi yang melekat dalam sejarah Nusantara.

Namun, di balik keelokannya, Prambanan menyimpan ancaman yang nyata. Letaknya yang berada di wilayah patahan aktif Sesar Opak membuat candi ini berada di zona rawan gempa bumi. Peristiwa gempa Yogyakarta tahun 2006 menjadi bukti betapa rentannya situs ini terhadap aktivitas tektonik. Kala itu, sebagian struktur batuan runtuh, beberapa relief rusak, dan sejumlah bagian utama harus melalui proses restorasi panjang.

Secara geologis, kompleks Candi Prambanan berdiri di atas tanah berpasir yang dekat dengan Sungai Opak. Kondisi ini membuatnya rentan terhadap likuefaksi dan pergerakan tanah ketika terjadi gempa besar. Selain itu, aktivitas vulkanik Gunung Merapi, yang terletak sekitar 25 kilometer di utara, turut menambah tantangan konservasi.

“Candi Prambanan bukan hanya peninggalan sejarah, tetapi juga monumen yang berdiri di atas wilayah geologi yang hidup. Karena itu, upaya konservasi harus berbasis pada data ilmiah,” ungkap Rochmad Muryamto, dosen Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus ketua peneliti pada studi ini.

Sejak tahun 2022, tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM melakukan pemantauan deformasi pada Candi Prambanan sebagai bagian dari riset geodetik untuk konservasi cagar budaya. Studi deformasi merupakan penelitian yang bertujuan memantau perubahan posisi atau bentuk struktur secara presisi akibat faktor alam, seperti gempa, pergerakan tanah, maupun penurunan fondasi. Melalui studi ini, tim dapat mendeteksi perubahan sekecil apa pun — bahkan dalam satuan milimeter — sebelum berdampak besar pada stabilitas struktur.

Tim UGM menggabungkan dua teknologi utama: Global Navigation Satellite System (GNSS) dan Total Station. Melalui GNSS, delapan titik kontrol di sekitar kompleks candi dipantau selama 24 jam penuh menggunakan receiver ganda frekuensi tinggi. Hasil pengukuran mampu menghasilkan posisi dengan akurasi hingga tingkat milimeter, memungkinkan deteksi pergerakan tanah secara absolut.

Sementara itu, pengamatan Total Station dilakukan dengan memasang prisma pengukuran langsung pada tubuh candi. Instrumen ini merekam pergeseran relatif antar titik pantau di permukaan bangunan. Pengamatan dilakukan secara berkala pada tahun 2022 hingga 2025, untuk melihat perubahan spasial dari waktu ke waktu.

“Metode ini memungkinkan kami mendeteksi deformasi hingga fraksi milimeter, sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan pengamatan visual biasa,” kata Hidayat Panuntun, anggota peneliti yang terlibat dalam pengolahan data lapangan. Pendekatan ganda ini—memadukan pemantauan horizontal dan vertikal—memberikan gambaran menyeluruh tentang perilaku struktur candi terhadap lingkungan geodinamiknya. “Dengan data ini, kami dapat merekomendasikan area mana yang perlu pemantauan lebih sering dan bagian struktur mana yang mungkin membutuhkan intervensi konservasi,” ujar Panuntun.

Data deformasi seperti ini sangat krusial untuk merancang kebijakan konservasi berbasis bukti (evidence-based conservation). Dengan sistem pengamatan berkelanjutan, pengelola situs warisan budaya dapat memantau perubahan struktur tanpa menunggu hingga kerusakan besar terjadi.

“Pendekatan geodetik ini bukan hanya tentang pengukuran, tapi tentang menjaga cerita yang diukir dalam batu selama lebih dari seribu tahun. Pelestarian cagar budaya bukan sekadar merawat batu, tetapi juga menjaga nilai kemanusiaan dan keberlanjutan bumi tempat kita berpijak.” – tutur Rochmad menutup sesi wawancara di laboratorium Geomatika SV UGM.

Keberhasilan pemantauan deformasi di Candi Prambanan menjadi model bagi pengawasan situs budaya lain di Indonesia seperti Candi Borobudur, Plaosan, atau Muara Takus. Metode kombinasi GNSS–Total Station terbukti efisien dan presisi tinggi untuk memantau bangunan bersejarah yang terpapar risiko geologis.

Penelitian ini juga memperkuat kolaborasi antara dunia akademik dan pengelola situs budaya. Tim UGM berkomitmen menjadikan kegiatan ini sebagai program pemantauan jangka panjang yang terintegrasi dengan kebijakan pelestarian nasional.

Kegiatan riset ini tidak hanya berorientasi pada pelestarian budaya, tetapi juga mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya:

  • SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, melalui perlindungan warisan budaya dunia sebagai bagian dari pembangunan kota yang inklusif dan tangguh.
  • SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, karena pemantauan deformasi membantu mitigasi risiko bencana geologi yang diperparah oleh dinamika iklim dan lingkungan.
  • SDG 15: Kehidupan di Darat, dengan memastikan keberlanjutan ekosistem dan perlindungan warisan alam serta budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.

WebGIS Batas Maritim Indonesia Buatan Departemen Teknologi Kebumian SV-UGM Perkuat Transparansi Tata Kelola Laut dan Dukung SDG 16

Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada mengembangkan platform WebGIS Batas Maritim Indonesia untuk memperkuat transparansi tata kelola laut dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 16: Peace, Justice, and Strong Institutions. Penelitian ini dipimpin oleh dosen Muhammad Iqbal Taftazani bersama mahasiswa Waljiyanto, Putri Shafaa Salsabila, dan Wahyu Eka Saputra.

Indonesia memiliki sistem batas laut yang kompleks, melibatkan sepuluh negara tetangga. Selama ini, peta batas maritim resmi sering kali sulit diakses publik dan disajikan dalam format statis. Melalui WebGIS ini, tim UGM menghadirkan solusi digital yang terbuka, interaktif, dan edukatif. “Kami ingin menghadirkan data geospasial maritim yang dapat diverifikasi publik dan mendukung transparansi kebijakan,” ujar Iqbal.

Sistem ini dibangun dengan QGIS 3.28, Leaflet.js 1.9.4, dan Bootstrap 5.0.0 menggunakan data resmi dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang disesuaikan dengan standar SNI metadata. WebGIS menampilkan berbagai zona maritim seperti Laut Teritorial, ZEE, dan Landas Kontinen, disertai dasar hukum, koordinat, dan status delimitasi. Pendekatan client-side architecture membuat sistem ini ringan dan mudah diakses lewat peramban.

Riset ini berperan penting dalam implementasi SDG 16, terutama pada aspek transparansi dan penguatan institusi publik. Dengan menyediakan data terbuka yang akurat, WebGIS memungkinkan masyarakat, akademisi, dan pembuat kebijakan untuk memahami batas wilayah laut secara jelas dan akuntabel. “Transparansi geospasial adalah kunci memperkuat kepercayaan publik terhadap kebijakan kelautan nasional,” tambah Iqbal.

Halaman Case Study dalam sistem ini menampilkan contoh batas ZEE Indonesia–Australia yang belum diratifikasi, memperlihatkan bagaimana diplomasi maritim dapat dijelaskan secara objektif melalui data visual. Fitur ini menjadikan WebGIS bukan hanya alat teknis, tetapi juga sarana diplomasi digital yang mendukung tata kelola laut yang damai dan berbasis data.

Riset ini juga menegaskan peran UGM dalam mendorong prinsip open government di bidang kemaritiman. Teknologi geospasial digunakan untuk memperkuat kolaborasi lintas lembaga dan mendukung kebijakan publik yang transparan. Ke depan, tim berencana menambah sistem backend yang aman untuk data sensitif serta fitur multiuser bagi lembaga pemerintah.

Melalui pengembangan WebGIS ini, Departemen Teknologi Kebumian SV UGM berkontribusi nyata terhadap SDG 16 dengan membangun sistem informasi yang adil, transparan, dan inklusif. Inovasi ini menjadi langkah strategis menuju tata kelola laut Indonesia yang kuat, akuntabel, dan berbasis data terbuka.

Dukung SDGs:14, Departemen Teknologi Kebumian SV-UGM Hadirkan WebGIS Interaktif untuk Visualisasi Batas Laut Indonesia

Tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, mengembangkan inovasi digital berupa platform WebGIS interaktif untuk memvisualisasikan batas-batas maritim Indonesia. Penelitian yang dipimpin oleh Muhammad Iqbal Taftazani bersama Waljiyanto, Putri Shafaa Salsabila, dan Wahyu Eka Saputra ini bertujuan meningkatkan literasi kelautan serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14: *Life Below Water*.

Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola wilayah lautnya. Meski sudah memiliki dasar hukum melalui UNCLOS 1982 dan UU No.17/1985, banyak data batas laut nasional yang belum tersaji secara terbuka dan mudah dipahami publik. WebGIS ini hadir untuk mengatasi kesenjangan tersebut melalui visualisasi interaktif zona laut seperti Laut Teritorial, Zona Tambahan, ZEE, dan Landas Kontinen.

“WebGIS ini dirancang untuk memperkuat kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan laut secara berkelanjutan. Kami ingin menjadikan data batas maritim lebih transparan dan edukatif,” jelas Iqbal. Platform ini dibangun menggunakan perangkat lunak terbuka QGIS 3.28, Leaflet.js 1.9.4, dan Bootstrap 5.0.0, dengan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang telah disesuaikan dengan standar metadata nasional (SNI 8843-1:2019).

Pengguna dapat menjelajahi peta interaktif, mengukur jarak, menampilkan informasi hukum tiap zona, hingga mempelajari studi kasus batas laut yang belum disepakati. Fitur *SDGs Linkages* menampilkan hubungan antara pengelolaan laut dan target SDG 14, seperti perlindungan ekosistem laut, pengawasan sumber daya, serta penguatan pendidikan kelautan.

Kontribusi riset ini terhadap SDG 14 mencakup tiga aspek utama. Pertama, menyediakan data spasial resmi untuk perencanaan konservasi laut dan pemantauan sumber daya. Kedua, meningkatkan literasi kelautan melalui media pembelajaran yang mudah diakses masyarakat. Ketiga, mendukung kebijakan berbasis bukti (*evidence-based policy*) dengan menyediakan infrastruktur data kelautan yang transparan.

Selain itu, sistem ini memperkuat kolaborasi lintas disiplin antara geodesi, hukum, dan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi geospasial tidak hanya untuk pemetaan, tetapi juga berperan dalam keberlanjutan sumber daya laut,” ujar Waljiyanto, anggota tim peneliti. Ke depan, tim berencana menambah fitur data dinamis seperti arus laut, pergerakan kapal, dan visualisasi 3D untuk memperkaya pengalaman pengguna.

Melalui riset ini, UGM berkontribusi nyata dalam penguatan tata kelola laut Indonesia yang berkelanjutan. WebGIS batas maritim tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga langkah strategis untuk melindungi kehidupan di bawah laut dan mendukung keberlanjutan ekosistem maritim bagi generasi mendatang.