SDGs 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
jQuery(function($){ function setFullWidth() { var no_content = $('.tpb-stretch-row'); var with_content = $('.tpb-stretch-row-content'); var content_and_padding = $('.tpb-stretch-row-content-no-padding');
// tpb-stretch-row if(no_content.length > 0) { no_content.each(function(){ $el = $(this);
var calc = getCalcStretch($el);
// apply new css $el.css({ 'position': 'relative', 'left': calc.left + 'px', 'width': calc.width + 'px', 'padding-left': calc.offset + 'px', 'padding-right': calc.offset + 'px', 'box-sizing': 'border-box' }); }); }
// tpb-stretch-row-content if(with_content.length > 0) { with_content.each(function(){ $el = $(this);
var calc = getCalcStretch($el);
// apply new css $el.css({ 'position': 'relative', 'left': calc.left + 'px', 'width': calc.width + 'px', 'padding-left': '15px', 'padding-right': '15px', 'box-sizing': 'border-box' }); }); }
// tpb-stretch-row-content-no-padding if(content_and_padding.length > 0) { content_and_padding.each(function(){ $el = $(this);
var calc = getCalcStretch($el);
// apply new css $el.css({ 'position': 'relative', 'left': calc.left + 'px', 'width': calc.width + 'px' }); }); } }
function getCalcStretch($el) { // neutralize $el.css({ 'position': '', 'left': '', 'width': '', 'padding': '', 'padding-left': '', 'padding-right': '', 'box-sizing': '', });
// get outer container if($('body > div#wrapper').length > 0) { $outer = $('body > div#wrapper'); } else { $outer = $('body'); }
var outerOffset = $outer.offset(); var offset = $el.offset(); var offsetLeft = offset.left - outerOffset.left; var width = $outer.outerWidth();
// set vars var vars = { offset: offsetLeft, left: offsetLeft * -1, width: width }
return vars; }
function getCalcStretchOld($el) { // neutralize $el.css({ 'position': '', 'left': '', 'width': '', 'padding': '', 'padding-left': '', 'padding-right': '', 'box-sizing': '', });
var offset = $el.offset();
// set vars var vars = { offset: offset.left, left: offset.left * -1, width: $(window).width() }
return vars; }
$(window).resize(function() { setFullWidth(); });
setFullWidth(); });
Sleman, 1 Agustus 2024 – Tim peneliti dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), telah melakukan penelitian inovatif terkait pemodelan 3D Candi Prambanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model tiga dimensi yang detail dari bangunan candi beserta relief-relief bersejarahnya. Proses akuisisi data lapangan berlangsung dari tanggal 10 hingga 23 Juli 2024, menggunakan kamera untuk memotret relief yang terpahat di dinding candi.
Dengan pendekatan teknologi fotogrametri, setiap relief difoto dari berbagai sudut untuk menghasilkan representasi 3D yang akurat dan realistis. Penelitian ini berfokus pada Candi Garuda yang berada di kompleks Candi Prambanan. Hasil penelitian ini tak hanya membuat visualisasi 3D saja, tetapi juga memberikan atribut semantik pada setiap relief. Hal ini memungkinkan informasi mendetail terkait relief-relief tersebut dapat dihubungkan dengan model digital. Penggunaan atribut semantik dalam model ini merupakan langkah penting menuju penerapan HBIM (Heritage Building Information Modelling), yaitu sebuah metode yang menggabungkan teknologi informasi bangunan dengan pelestarian warisan budaya.
Dengan adanya HBIM, data 3D yang dihasilkan tidak hanya dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, tetapi juga sangat bermanfaat dalam proses rekonstruksi dan restorasi Candi Prambanan di masa depan. Para peneliti berharap teknologi ini dapat membantu para konservator dan arkeolog dalam melakukan analisis dan pemeliharaan candi secara lebih efisien dan akurat.
Koordinator tim peneliti, Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng. mengungkapkan, “Penelitian ini merupakan langkah penting dalam melestarikan Candi Prambanan dengan menggunakan teknologi modern. Dengan pemodelan 3D dan HBIM, tidak hanya mengamati kondisi fisik candi saat ini, tetapi juga merencanakan strategi restorasi yang lebih baik ke depannya.” Penelitian ini tidak hanya berdampak pada kelestarian Candi Prambanan, tetapi juga membuka jalan baru bagi penggunaan teknologi pemodelan bangunan untuk pelestarian warisan budaya di Indonesia.
Sleman, 24 Juli 2024 – Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, UGM melakukan penelitian tentang deformasi di Candi Prambanan. Penelitian deformasi di Candi Prambanan dilakukansecara berkala tiap tahun sejak 2022 dan memasuki tahun ketiga pada 2024. Penelitian ini bertujuan untuk memantau perubahan struktur Candi Prambanan yang merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO. Penelitian ini dipimpin oleh Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc. dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian dengan pendanaan dari Sekolah Vokasi, UGM.
Pemantauan deformasi dilakukan dengan menggunakan beberapa alat teknologi presisi tinggi, yaitu GNSS, waterpass, dan total station. GNSS digunakan untuk memantau pergeseran horizontal dan Waterpass digunakan untuk memantau pergeseran vertikal di sekitar Candi Prambanan. Total station digunakan untuk memantau pergeseran titik kontrol yang dipasang di tubuh candi. Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu, dari tanggal 8 hingga 23 Juli 2024, untuk mendapatkan data yang akurat terkait pergerakan tanah dan perubahan struktur bangunan.
Koordinator tim peneliti menyampaikan bahwa “Pemantauan deformasi ini penting untuk memantau perubahan mikro dalam struktur candi, yang dapat memberikan indikasi awal terhadap potensi kerusakan. Dengan data yang kami kumpulkan, kami dapat menganalisis pergerakan tanah dan struktur secara lebih rinci, sehingga dapat memitigasi risiko yang mungkin terjadi pada masa mendatang.”
Proses pengambilan data deformasi di Candi Prambanan melibatkan pengukuran dari beberapa titik kontrol di sekitar candi. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode yang mampu mendeteksi pergerakan dalam skala milimeter. Tahun ini menjadi langkah penting untuk membandingkan hasil dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga tren pergerakan atau perubahan dapat dilihat secara lebih jelas.
Hasil dari pemantauan deformasi ini diharapkan dapat membantu para konservator dan arkeolog dalam menjaga dan merestorasi Candi Prambanan dengan tepat, sehingga warisan budaya ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang. Proyek ini juga menunjukkan pentingnya penggunaan teknologi geospasial dan teknik pengukuran presisi dalam melindungi situs budaya.