Arsip:

Info TSPD

Dukung Pengembangan Smart Village, TSPD SV UGM Kembangkan Basis Data Spasial di Kalurahan Kaliagung

Kulon Progo, 9 November 2024 – Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), sukses menginisiasi program pengabdian masyarakat berupa pembuatan basis data kependudukan spasial di Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo. Program ini merupakan kelanjutan dari proyek pada tahun sebelumnya, dan tahun ini berfokus pada pengembangan sistem basis data spasial di Dusun Banyunganti Kidul sebagai proyek percontohan.

Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri, Kalurahan Kaliagung tergolong sebagai Desa Ekstrem Miskin di Kulon Progo. Program ini diharapkan dapat memberikan dukungan signifikan terhadap tercapainya Sustainable Development Goals (SDG’s) khususnya terkait pengembangan Smart Village dan pengurangan kemiskinan melalui teknologi. Program ini juga melibatkan mahasiswa program Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, yang bekerja sama dengan pamong kalurahan untuk pengumpulan data secara langsung di lapangan.

Pendekatan Teknologi SIG untuk Pembangunan Berkelanjutan

Dalam kegiatan ini, tim pengabdian masyarakat menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai alat utama untuk mengintegrasikan data kependudukan dengan aspek spasial, menciptakan sistem basis data yang komprehensif. SIG berfungsi mengolah data yang mencakup informasi geografis seperti lokasi rumah penduduk, batas wilayah administrasi, dan akses ke fasilitas umum. Penggunaan SIG memungkinkan data kependudukan tersebut dikaitkan langsung dengan peta digital, sehingga informasi yang dihasilkan tidak hanya berupa angka dan teks, tetapi juga dilengkapi dengan visualisasi spasial yang mudah dipahami. Dengan demikian, SIG membantu memetakan distribusi penduduk secara lebih efektif, sekaligus memberi gambaran tentang kepadatan, persebaran, dan karakteristik wilayah tertentu.

Fungsi utama SIG dalam analisis spasial adalah menyediakan kerangka untuk menggabungkan berbagai lapisan data menjadi satu basis data terpadu yang dapat dianalisis secara mendalam. Dalam proyek ini, SIG memungkinkan tim untuk melakukan overlay atau tumpang-tindih data spasial, seperti menggabungkan peta lokasi rumah penduduk dengan fasilitas umum, jalan, dan batas-batas administrasi. Analisis ini sangat berguna dalam pengambilan keputusan berbasis lokasi, misalnya untuk menentukan daerah yang membutuhkan fasilitas kesehatan, mengidentifikasi wilayah yang padat penduduk, atau memahami keterjangkauan fasilitas umum bagi warga. Dengan SIG, pemerintah dapat membuat kebijakan yang lebih tepat dan berbasis data untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Kalurahan Kaliagung, selaras dengan tujuan desa cerdas (Smart Village) dan SDG’s.

 

Tahapan Pengembangan Basis Data

Proses pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam tiga tahap:

  1. Pengumpulan Data: Tim melaksanakan survei door-to-door untuk memperoleh data kependudukan langsung dari warga, termasuk data Kartu Keluarga (KK), kepala keluarga, dan foto rumah. Data spasial seperti lokasi rumah diperoleh dari digitasi foto udara hasil pengabdian tahun sebelumnya.
  2. Pembuatan Basis Data Spasial: Data yang dikumpulkan diolah dan diintegrasikan dengan data spasial dalam sebuah basis data menggunakan aplikasi SIG.
  3. Penyerahan dan Sharing Knowledge: Hasil akhir basis data spasial diserahkan kepada Pemerintah Kalurahan Kaliagung. Selain itu, dilaksanakan sesi pelatihan untuk meningkatkan kapasitas aparatur kalurahan dalam mengelola dan memperbarui data secara mandiri.

 

 

Gambar 1. Tim Pengabdian TSPD Melaksanakan Survei Data Kependudukan Bersama Pemerintah Kalurahan Kaliagung.

Hasil dan Dampak

Data spasial yang dikembangkan dalam bentuk shapefile memudahkan akses data kependudukan dengan informasi yang lengkap saat data titik dipilih, termasuk informasi lokasi rumah dan data demografis terkait. Program ini diharapkan menjadi landasan bagi Pemerintah Kalurahan Kaliagung untuk melakukan analisis tematik sesuai kebutuhan setempat.

Gambar 2. Hasil Pengembangan Basis Data Spasial Kependudukan
pada Sistem Informasi Geografis

“Program pengabdian ini mendukung Kalurahan Kaliagung dalam mengelola data secara mandiri dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan Smart Village yang berkelanjutan. Teknologi seperti ini menjadi kunci dalam pengambilan keputusan berbasis data,” ujar Ridho Haikal Permana, perwakilan tim dari Sekolah Vokasi UGM yang mempresentasikan kegiatan ini dalam Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian Masyarakat di Gedung Field Research Center UGM (09/11).

Dengan program ini, Pemerintah Kalurahan Kaliagung diharapkan mampu menjaga keberlanjutan pemanfaatan basis data spasial untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat dan berbasis data. Basis data spasial ini menjadi sumber informasi penting bagi berbagai sektor, seperti pembangunan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, serta layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan data yang akurat dan selalu diperbarui, pemerintah kalurahan dapat merespons kebutuhan masyarakat secara lebih efektif dan efisien, serta mengidentifikasi wilayah-wilayah yang memerlukan perhatian khusus. Selain itu, kemampuan petugas kalurahan dalam mengelola data ini juga diharapkan terus meningkat, sehingga Kalurahan Kaliagung dapat lebih mandiri dalam melakukan analisis spasial sesuai kebutuhan mereka.

Di masa depan, program ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih luas dengan menambahkan berbagai jenis data tematik lainnya, seperti data ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan integrasi data yang lebih beragam, basis data spasial ini dapat menjadi landasan bagi analisis yang lebih kompleks dan mendalam, seperti pemetaan kemiskinan, distribusi ekonomi lokal, atau mitigasi risiko bencana. Program ini juga membuka peluang bagi kolaborasi lebih lanjut dengan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah dalam pengembangan kapasitas teknologi dan pelatihan sumber daya manusia. Diharapkan, inisiatif ini dapat menjadi model bagi kalurahan lain dalam mewujudkan Smart Village yang mendukung SDG’s dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.

 

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Diseminasi Hasil Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Data Kependudukan Berbasis Sistem Informasi Geospasial (SIG) sebagai Wujud Pengabdian Kepada Masyarakat di Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo

Yogyakarta, 9 November 2024 – Dalam acara Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian kepada Masyarakat (SNH2PM) yang berlangsung di Gedung Field Research Center (FRC) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, UGM, diwakilkan oleh mahasiswa, memaparkan hasil kegiatan pengabdian berupa pelatihan pengelolaan data kependudukan berbasis Sistem Informasi Geospasial (SIG) untuk perangkat desa Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Pemaparan disampaikan oleh Nurytha Maulidya Amri dan Zahra Pramudita mahasiswa angkatan 2022, yang dengan antusias mewakili tim pelaksana di acara tersebut.

Kegiatan pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan perangkat desa dalam mengelola data kependudukan secara lebih akurat dan berbasis lokasi, menggunakan Sistem Informasi Geospasial. SIG memungkinkan perangkat desa mendapatkan gambaran jelas terkait distribusi penduduk dan sumber daya di wilayah mereka, sehingga diharapkan dapat membantu perencanaan yang lebih efektif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Kegiatan ini selaras dengan beberapa poin Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan nomor 11, yaitu Menciptakan Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta tujuan nomor 16, yaitu Mendukung Lembaga yang Damai dan Inklusif serta Akses terhadap Keadilan untuk Semua. “Dengan keterampilan SIG, perangkat desa dapat lebih mudah menyusun perencanaan berbasis data yang transparan dan akurat, sehingga kebijakan publik dapat lebih efektif dan tepat sasaran dalam pengambilan keputusan,” ujar Nurytha.

Seminar tersebut juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melatih keterampilan presentasi dan berbagi pengalaman pelaksanaan kegiatan pengabdian yang dilakukan bersama perangkat desa. Dalam sesi wawancara, Nurytha mengungkapkan rasa senangnya dapat berkontribusi dalam acara ini dan mewakili hasil kerja tim di forum nasional. “Saya merasa terhormat dan senang dapat mewakili teman-teman dalam memaparkan hasil kegiatan ini. Semoga pelatihan SIG ini memberikan dampak nyata bagi masyarakat di Kalurahan Kaliagung, serta menjadi inspirasi bagi desa-desa lain,” ujarnya dengan antusias.

Kegiatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi kalurahan lain dalam mengoptimalkan teknologi SIG untuk meningkatkan tata kelola dan layanan publik. Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi UGM berkomitmen untuk terus melibatkan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian berbasis teknologi, sejalan dengan upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan sesuai dengan SDGs.

 

Ikon SDGs 16 Perdamaian keadilan dan kelembagaan yang kuat

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pelatihan Pengelolaan Data Kependudukan dengan Sistem Informasi Geospasial untuk Meningkatkan Kompetensi Perangkat Desa di Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo

Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan pelatihan pengelolaan data kependudukan berbasis Sistem Informasi Geospasial untuk perangkat desa dari Kalurahan Kaliagung, Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. Bertempat di Gedung FRC (Field Research Center) Sekolah Vokasi UGM, kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perangkat desa dalam mengelola data kependudukan yang lebih akurat dan terstruktur. Pelatihan ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Selama pelatihan, peserta diajarkan tentang teori dan dasar-dasar sistem informasi geospasial, pemetaan data kependudukan, hingga cara memanfaatkan data spasial untuk membantu perencanaan desa yang lebih efektif. Sistem Informasi Geospasial (SIG) memungkinkan perangkat desa mengakses informasi berbasis lokasi, sehingga dapat membantu dalam pemetaan penduduk, distribusi sumber daya, dan penentuan kebijakan yang tepat sasaran.

Pelatihan ini turut mendukung beberapa tujuan SDGs, khususnya tujuan nomor 16, yaitu Mendukung Lembaga yang Damai dan Inklusif serta Akses terhadap Keadilan untuk Semua, serta tujuan nomor 11, yaitu Menciptakan Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan. Dengan kompetensi SIG, perangkat desa dapat menyediakan data kependudukan yang lebih valid dan menyeluruh, sehingga dapat mendorong kebijakan publik yang lebih efektif dan merata, meningkatkan transparansi, serta memastikan data kependudukan yang ada dapat diakses dan dikelola dengan baik untuk berbagai kepentingan masyarakat.

Dalam sesi pelatihan, para perangkat desa diberikan kesempatan untuk melakukan praktik langsung menggunakan perangkat lunak pemetaan digital. Mereka dilatih untuk menginstal, membuat, mengolah, dan menganalisis data kependudukan berbasis geospasial secara mandiri. Dengan kemampuan ini, perangkat desa diharapkan mampu memetakan potensi wilayah serta kebutuhan warga secara lebih terukur.

Program kegiatan kepada masyarakat ini diketuai oleh Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng. Beliau berharap bahwa pelatihan ini akan memberikan dampak jangka panjang bagi Kalurahan Kaliagung, terutama dalam hal peningkatan kualitas layanan publik berbasis data spasial. “Pengelolaan data kependudukan berbasis SIG memberikan banyak manfaat bagi desa, terutama untuk perencanaan pembangunan yang tepat sasaran. Ini juga memungkinkan transparansi data yang lebih baik, mendukung akses data bagi semua lapisan masyarakat, serta meningkatkan layanan publik secara keseluruhan,” ujarnya.

Perangkat desa yang mengikuti pelatihan menyampaikan apresiasinya dan berharap bahwa keterampilan baru ini dapat diterapkan untuk mendukung pembangunan yang lebih efisien di Kalurahan Kaliagung. “Dengan pelatihan ini, kami menjadi lebih siap dalam mengelola data kependudukan yang lebih rapi dan terstruktur. Kami harap hasilnya bisa membantu masyarakat lebih luas,” ungkap salah satu peserta.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kalurahan dan desa lainnya dalam meningkatkan kualitas tata kelola melalui pemanfaatan teknologi informasi dan geospasial. Program Studi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi UGM berkomitmen untuk terus mendukung perangkat desa di wilayah lainnya, sejalan dengan upaya mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan sesuai dengan SDGs.

 

Ikon SDGs 16 Perdamaian keadilan dan kelembagaan yang kuat

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pemaparan Hasil Penelitian tentang Integrasi Model 3D Solid Dan 3D Mesh untuk Pembuatan Model Eksterior Candi Garuda pada Seminar Nasional Teknologi Terapan 2024

Dalam upaya melestarikan warisan budaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi di bidang arkeologi, Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng, dosen dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, UGM mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai pemodelan Candi Garuda yang terletak di kompleks Candi Prambanan. Dengan mengintegrasikan model 3D struktur bangunan dan relief candi, penelitian ini bertujuan mendukung HBIM (Heritage Building Information Modelling) sebagai metode inovatif dalam konservasi bangunan bersejarah. Hasil penelitian yang dikerjakan bersama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X ini dipaparkan pada Seminar Nasional Teknologi Terapan 2024 di Gedung TILC (Teaching Industry Learning Center), Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tanggal 19 Oktober 2024.

Pemodelan 3D Candi Garuda yang dikembangkan Ir. Erlyna dan tim memungkinkan pencatatan digital struktur arsitektural serta detail relief secara rinci. Melalui teknologi pemetaan 3D, tim berhasil mendokumentasikan setiap aspek penting dari bangunan candi, sehingga dapat digunakan untuk memantau kondisi fisik serta membantu proses konservasi berkelanjutan di masa depan. HBIM yang dihasilkan memungkinkan simulasi inventaris dan perawatan, sehingga pendokumentasian serta pemeliharaan candi dapat dilakukan dengan lebih terukur dan efisien.
Dalam paparannya, Ir. Erlyna menjelaskan bahwa penelitian ini selaras dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan nomor 11, yaitu Menciptakan Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta tujuan nomor 9, yaitu Mendorong Inovasi dan Infrastruktur. Pemodelan candi dengan metode HBIM ini menyediakan data yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi pelestarian budaya, menjaga nilai historis bangunan, dan memastikan ketahanan situs-situs bersejarah dalam menghadapi tantangan alam maupun lingkungan.
Tak hanya itu, penelitian ini juga berpotensi mendukung tujuan SDGs nomor 4, Pendidikan Berkualitas, integrasi kedua pendekatan 3D solid dan 3D mesh untuk menghasilkan visualisasi yang realistis dan dapat digunakan dalam pelestarian serta pengembangan rekonstruksi arsitektur candi. Penelitian ini dapat menjadi kontribusi penting dalam bidang pelestarian digital warisan budaya.

Kolaborasi antara pihak akademisi dan lembaga kebudayaan seperti BPK Wilayah X menjadi kunci keberhasilan penelitian ini. Hal ini selaras dengan SDGs nomor 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Ir. Erlyna berharap pemodelan 3D ini dapat menjadi pionir dalam pemanfaatan teknologi untuk melindungi warisan budaya dan mendukung berbagai inisiatif pelestarian budaya di seluruh Indonesia.

Urgensi Penelitian Batas Daerah Yogyakarta-Sleman dalam Pencapaian SDGs Poin 11

Penelitian tentang batas daerah antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman menjadi semakin penting dalam konteks pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama pada poin 11 yang berfokus pada kota dan komunitas berkelanjutan. Batas wilayah yang jelas dan dikelola dengan baik adalah dasar dari perencanaan kota yang efektif, dan hal ini memiliki dampak langsung pada berbagai aspek kehidupan perkotaan, termasuk pembangunan infrastruktur, tata ruang, dan penyediaan layanan publik.

Perubahan batas wilayah akibat fenomena alam, seperti gempa bumi, atau akibat pertumbuhan kota yang pesat dapat menimbulkan masalah jika tidak diantisipasi dengan baik. Wilayah perbatasan antara Yogyakarta dan Sleman adalah salah satu contoh daerah yang mengalami perkembangan pesat, terutama karena urbanisasi yang mendorong perluasan permukiman dan kegiatan ekonomi. Penelitian yang mendalam mengenai batas wilayah ini sangat penting untuk mencegah konflik kepemilikan lahan dan untuk memastikan pemanfaatan lahan yang efisien dan berkelanjutan.

SDGs poin 11 menekankan pentingnya menciptakan kota yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Dalam konteks penelitian batas wilayah, ini berarti perlunya pengelolaan yang terintegrasi antara kedua wilayah untuk mengatasi tantangan seperti urban sprawl (penyebaran perkotaan yang tidak terencana) dan kebutuhan akan infrastruktur yang ramah lingkungan. Target 11.3 dari SDGs juga menekankan pentingnya meningkatkan perencanaan kota yang partisipatif, sehingga penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan tata ruang yang melibatkan semua pihak terkait.

Dengan memperkuat pengelolaan batas wilayah dan mengintegrasikannya dengan perencanaan kota yang berkelanjutan, penelitian ini berperan penting dalam membantu mencapai SDGs, khususnya dalam menciptakan kota yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.

Sebagaimana dengan penelitian yang dilakukan oleh dosen Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi UGM, Muhammad Iqbal Taftazani dkk, tentang batas daerah antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, dijumpai bahwa beberapa pilar batas antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman mengalami kerusakan pada bentuk fisiknya dan bahkan beberapa pilar batas sudah hilang. Karena itu penelitian tentang batas daerah, baik pada aspek teknis fisik maupun aspek lainnya menjadi penting dilakukan untuk mendukung SDGs poin ke-11.

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

Terjadi Perubahan Nilai Koordinat Pilar Batas Yogyakarta-Sleman Akibat Gempa dan Perbedaan Datum Geodesi

Pada tahun 2024, Dosen Teknologi Survei Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Muhammad Iqbal Taftazani mengungkapkan hasil penelitiannya tentang perubahan nilai koordinat pada pilar batas antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.  Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari Sekolah Vokasi UGM. Penelitian ini menunjukkan bahwa pergeseran pilar batas dimungkinkan disebabkan oleh dua faktor utama: kemungkinan gempa bumi yang sering terjadi di wilayah Yogyakarta serta perbedaan datum referensi geodesi yang digunakan saat penentuan koordinat awal pilar batas.

Taftazani menjelaskan bahwa gempa bumi dapat memicu pergeseran lapisan tanah dan menyebabkan perubahan pada koordinat fisik pilar batas. Selain itu, perbedaan sistem datum geodesi yang digunakan dalam pengukuran awal juga menjadi faktor penting. Datum geodesi adalah referensi yang digunakan untuk menentukan posisi geografis di permukaan bumi, dan perubahan atau ketidaksesuaian dalam penggunaannya dapat mengakibatkan ketidakakuratan posisi koordinat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penelitian ini memiliki relevansi kuat dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 11, yang berfokus pada kota dan komunitas berkelanjutan. SDGs poin 11.3 menekankan pentingnya meningkatkan perencanaan tata ruang secara partisipatif dan tepat sasaran. Dalam konteks ini, perubahan batas wilayah yang tidak terdeteksi dengan baik dapat memicu konflik penggunaan lahan serta mempersulit perencanaan infrastruktur.

Selain itu, SDGs poin 11.5 menggarisbawahi pentingnya mengurangi dampak negatif bencana alam, termasuk gempa bumi. Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana bencana alam dan teknologi geospasial memengaruhi pengelolaan batas wilayah. Dengan hasil penelitian ini, pemerintah dapat lebih baik dalam merancang kebijakan yang adaptif terhadap bencana dan memastikan stabilitas perbatasan kota.

Melalui penggunaan teknologi geodesi yang lebih akurat dan sistem yang tangguh, hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung upaya menciptakan kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan sesuai agenda SDGs.

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

Digitalisasi Cagar Budaya: Teknologi HBIM pada Bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi di Kompleks Pantja Dharma

Proyek digitalisasi dan dokumentasi 3D bangunan bersejarah semakin menjadi prioritas dalam upaya pelestarian warisan budaya. Salah satu upaya penting yang tengah dilaksanakan adalah pembuatan model 3D dua bangunan bersejarah, yaitu Bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi, yang berada di kompleks Pantja Dharma. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk mengembangkan sistem Heritage Building Information Modeling (HBIM), yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan dan pelestarian bangunan cagar budaya di masa depan.

 

 

Pendokumentasian dan pembuatan model 3D kedua bangunan ini memiliki tujuan strategis. Pertama, digitalisasi arsip merupakan langkah penting untuk memastikan warisan budaya tetap terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang. Mengingat usia bangunan-bangunan ini, risiko kerusakan dan pelapukan sangat tinggi. Dengan digitalisasi, bentuk fisik dan detail arsitektur dapat terdokumentasi secara akurat, sekaligus menyimpan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk konservasi lebih lanjut.

Kedua, proyek ini juga bertujuan untuk mengembangkan Heritage Building Information Modeling (HBIM), sebuah sistem manajemen informasi yang memadukan teknologi modern dengan arsitektur bangunan bersejarah. HBIM memungkinkan pengelolaan bangunan cagar budaya secara lebih efisien, baik dari segi perawatan, restorasi, maupun penelitian akademis. Melalui pemodelan ini, data struktur bangunan dapat dianalisis secara mendalam, yang memungkinkan perawatan bangunan berdasarkan informasi yang akurat dan komprehensif.

 

 

Pemodelan 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi dilakukan dengan menggunakan metode point cloud, yang dihasilkan dari pengukuran laser scanner. Teknologi laser scanning ini mampu menghasilkan jutaan titik data yang merekam setiap detail bangunan dengan akurasi tinggi. Setiap sudut dan elemen bangunan dipindai untuk menghasilkan representasi visual yang sangat presisi.

Data point cloud yang dihasilkan kemudian diolah menjadi model digital menggunakan perangkat lunak pemodelan 3D. Proses ini melibatkan konversi data mentah menjadi bentuk geometris yang akurat, termasuk struktur dinding, atap, jendela, serta elemen arsitektur lainnya. Setelah tahap ini, model tersebut diintegrasikan ke dalam sistem HBIM, di mana informasi terkait bahan bangunan, teknik konstruksi, dan sejarah bangunan juga dapat ditambahkan. Dengan demikian, HBIM tidak hanya menyajikan bentuk fisik bangunan, tetapi juga informasi penting yang mendukung pengelolaannya.

 

 

Model 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi membuka berbagai peluang pengembangan di masa mendatang. Salah satu potensi utama adalah dalam upaya konservasi dan restorasi bangunan. Dengan adanya model digital yang sangat akurat, pihak berwenang dapat melakukan pemantauan kondisi bangunan secara berkala, mengidentifikasi kerusakan, dan merencanakan restorasi dengan lebih efisien. Selain itu, model ini juga dapat digunakan untuk simulasi restorasi, sehingga pihak konservator dapat melakukan perencanaan yang matang sebelum memulai pekerjaan fisik di lapangan.

 

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi

Ikon SDGs 4 Pendidikan Bermutu

Ikon SDGs 13 Penanganan perubahan iklim

 

 

 

 

 

Mengabadikan Sejarah: Digitalisasi dan Dokumentasi 3D Cagar Budaya Pantja Dharma

Tim peneliti dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), telah melakukan pengukuran 3D di Kawasan Pantja Dharma, Universitas Gadjah Mada. Kegiatan ini bertujuan untuk mendokumentasikan secara digital bangunan cagar budaya yang ada di kawasan tersebut menggunakan teknologi Terrestrial Laser Scanner (TLS). Proses pengukuran berlangsung dari tanggal 15 Januari hingga 8 Februari 2024 dan bertujuan untuk melestarikan warisan budaya melalui digitalisasi yang akurat.

Dalam kegiatan ini, metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah cloud-to-cloud yang memungkinkan setiap titik data dari alat TLS memiliki tingkat overlap sebesar 30-40 persen untuk memastikan kualitas dan keselarasan data yang dihasilkan. Metode ini memberikan gambaran lengkap dan detail dari struktur bangunan yang diukur, yang kemudian dikonversi menjadi point cloud. Data yang dihasilkan dari teknologi TLS memberikan representasi geometri yang akurat dan memadai sebagai bagian dari upaya Reality Capture.

 

 

Pengukuran ini memiliki peran penting dalam melengkapi data dokumentasi digital guna menjaga dan melestarikan objek-objek cagar budaya. Kawasan Pantja Dharma, dengan nilai sejarahnya, harus didokumentasikan secara menyeluruh agar informasi detail mengenai kondisi fisik bangunan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di masa depan. Hal ini sejalan dengan status Kawasan Pantja Dharma yang kini telah mendapatkan predikat Cagar Budaya berdasarkan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 211/KEP/2024. Selain itu, data ini mendukung pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada aspek pelestarian warisan budaya dan pembangunan berkelanjutan.

Dokumentasi digital ini diharapkan dapat membantu para konservator, arkeolog, dan pihak terkait lainnya dalam merencanakan strategi pemeliharaan dan restorasi bangunan dengan lebih baik dan tepat. Data yang dihasilkan juga berpotensi menjadi acuan dalam upaya pendidikan dan penelitian di bidang pelestarian cagar budaya.

 

 

Koordinator tim peneliti, Hanif Ilmawan, S.T., M.Eng. menyatakan, “Penggunaan teknologi TLS ini merupakan langkah penting dalam menjaga warisan budaya di kawasan Pantja Dharma. Dengan dokumentasi digital, kami dapat memonitor kondisi bangunan secara berkelanjutan dan merencanakan tindakan pelestarian yang lebih efektif.” Kegiatan ini menunjukkan pentingnya dokumentasi digital untuk menjaga kelestarian objek-objek cagar budaya di Indonesia, terutama di kawasan bersejarah seperti Pantja Dharma, yang memiliki nilai sejarah dan arsitektur tinggi.

 

Ikon SDGs 4 Pendidikan Bermutu

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

 

 

 

 

 

Penelitian Pemodelan 3D Candi Prambanan oleh Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar UGM

Sleman, 1 Agustus 2024 – Tim peneliti dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), telah melakukan penelitian inovatif terkait pemodelan 3D Candi Prambanan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model tiga dimensi yang detail dari bangunan candi beserta relief-relief bersejarahnya. Proses akuisisi data lapangan berlangsung dari tanggal 10 hingga 23 Juli 2024, menggunakan kamera untuk memotret relief yang terpahat di dinding candi.

Dengan pendekatan teknologi fotogrametri, setiap relief difoto dari berbagai sudut untuk menghasilkan representasi 3D yang akurat dan realistis. Penelitian ini berfokus pada Candi Garuda yang berada di kompleks Candi Prambanan. Hasil penelitian ini tak hanya membuat visualisasi 3D saja, tetapi juga memberikan atribut semantik pada setiap relief. Hal ini memungkinkan informasi mendetail terkait relief-relief tersebut dapat dihubungkan dengan model digital. Penggunaan atribut semantik dalam model ini merupakan langkah penting menuju penerapan HBIM (Heritage Building Information Modelling), yaitu sebuah metode yang menggabungkan teknologi informasi bangunan dengan pelestarian warisan budaya.

 

 

Dengan adanya HBIM, data 3D yang dihasilkan tidak hanya dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, tetapi juga sangat bermanfaat dalam proses rekonstruksi dan restorasi Candi Prambanan di masa depan. Para peneliti berharap teknologi ini dapat membantu para konservator dan arkeolog dalam melakukan analisis dan pemeliharaan candi secara lebih efisien dan akurat.

Koordinator tim peneliti, Ir. Erlyna Nour Arrofiqoh, S.T., M.Eng. mengungkapkan, “Penelitian ini merupakan langkah penting dalam melestarikan Candi Prambanan dengan menggunakan teknologi modern. Dengan pemodelan 3D dan HBIM, tidak hanya mengamati kondisi fisik candi saat ini, tetapi juga merencanakan strategi restorasi yang lebih baik ke depannya.” Penelitian ini tidak hanya berdampak pada kelestarian Candi Prambanan, tetapi juga membuka jalan baru bagi penggunaan teknologi pemodelan bangunan untuk pelestarian warisan budaya di Indonesia.

 

 

Ikon SDGs 17 Kemitraan untuk mencapai tujuan

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi

Ikon SDGs 4 Pendidikan Bermutu

 

 

 

 

 

Prodi Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar Melakukan Penelitian Pemantauan Deformasi di Candi Prambanan

Sleman, 24 Juli 2024 – Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi, UGM melakukan penelitian tentang deformasi di Candi Prambanan. Penelitian deformasi di Candi Prambanan dilakukansecara berkala tiap tahun sejak 2022 dan memasuki tahun ketiga pada 2024. Penelitian ini bertujuan untuk memantau perubahan struktur Candi Prambanan yang merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO. Penelitian ini dipimpin oleh Ir. Rochmad Muryamto, M.Eng.Sc. dari Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Survei dan Pemetaan Dasar, Departemen Teknologi Kebumian dengan pendanaan dari Sekolah Vokasi, UGM.

 

 

Pemantauan deformasi dilakukan dengan menggunakan beberapa alat teknologi presisi tinggi, yaitu GNSS, waterpass, dan total station. GNSS digunakan untuk memantau pergeseran horizontal dan Waterpass digunakan untuk memantau pergeseran vertikal di sekitar Candi Prambanan. Total station digunakan untuk memantau pergeseran titik kontrol yang dipasang di tubuh candi. Pengambilan data lapangan dilaksanakan selama kurang lebih dua minggu, dari tanggal 8 hingga 23 Juli 2024, untuk mendapatkan data yang akurat terkait pergerakan tanah dan perubahan struktur bangunan.

 

 

Koordinator tim peneliti menyampaikan bahwa “Pemantauan deformasi ini penting untuk memantau perubahan mikro dalam struktur candi, yang dapat memberikan indikasi awal terhadap potensi kerusakan. Dengan data yang kami kumpulkan, kami dapat menganalisis pergerakan tanah dan struktur secara lebih rinci, sehingga dapat memitigasi risiko yang mungkin terjadi pada masa mendatang.”

Proses pengambilan data deformasi di Candi Prambanan melibatkan pengukuran dari beberapa titik kontrol di sekitar candi. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode yang mampu mendeteksi pergerakan dalam skala milimeter. Tahun ini menjadi langkah penting untuk membandingkan hasil dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga tren pergerakan atau perubahan dapat dilihat secara lebih jelas.

 

 

Hasil dari pemantauan deformasi ini diharapkan dapat membantu para konservator dan arkeolog dalam menjaga dan merestorasi Candi Prambanan dengan tepat, sehingga warisan budaya ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang. Proyek ini juga menunjukkan pentingnya penggunaan teknologi geospasial dan teknik pengukuran presisi dalam melindungi situs budaya.

 

Ikon SDGs 17 Kemitraan untuk mencapai tujuan

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi

Ikon SDGs 4 Pendidikan Bermutu