Proyek digitalisasi dan dokumentasi 3D bangunan bersejarah semakin menjadi prioritas dalam upaya pelestarian warisan budaya. Salah satu upaya penting yang tengah dilaksanakan adalah pembuatan model 3D dua bangunan bersejarah, yaitu Bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi, yang berada di kompleks Pantja Dharma. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga warisan budaya, tetapi juga untuk mengembangkan sistem Heritage Building Information Modeling (HBIM), yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan dan pelestarian bangunan cagar budaya di masa depan.
Pendokumentasian dan pembuatan model 3D kedua bangunan ini memiliki tujuan strategis. Pertama, digitalisasi arsip merupakan langkah penting untuk memastikan warisan budaya tetap terjaga dan dapat diakses oleh generasi mendatang. Mengingat usia bangunan-bangunan ini, risiko kerusakan dan pelapukan sangat tinggi. Dengan digitalisasi, bentuk fisik dan detail arsitektur dapat terdokumentasi secara akurat, sekaligus menyimpan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk konservasi lebih lanjut.
Kedua, proyek ini juga bertujuan untuk mengembangkan Heritage Building Information Modeling (HBIM), sebuah sistem manajemen informasi yang memadukan teknologi modern dengan arsitektur bangunan bersejarah. HBIM memungkinkan pengelolaan bangunan cagar budaya secara lebih efisien, baik dari segi perawatan, restorasi, maupun penelitian akademis. Melalui pemodelan ini, data struktur bangunan dapat dianalisis secara mendalam, yang memungkinkan perawatan bangunan berdasarkan informasi yang akurat dan komprehensif.
Pemodelan 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi dilakukan dengan menggunakan metode point cloud, yang dihasilkan dari pengukuran laser scanner. Teknologi laser scanning ini mampu menghasilkan jutaan titik data yang merekam setiap detail bangunan dengan akurasi tinggi. Setiap sudut dan elemen bangunan dipindai untuk menghasilkan representasi visual yang sangat presisi.
Data point cloud yang dihasilkan kemudian diolah menjadi model digital menggunakan perangkat lunak pemodelan 3D. Proses ini melibatkan konversi data mentah menjadi bentuk geometris yang akurat, termasuk struktur dinding, atap, jendela, serta elemen arsitektur lainnya. Setelah tahap ini, model tersebut diintegrasikan ke dalam sistem HBIM, di mana informasi terkait bahan bangunan, teknik konstruksi, dan sejarah bangunan juga dapat ditambahkan. Dengan demikian, HBIM tidak hanya menyajikan bentuk fisik bangunan, tetapi juga informasi penting yang mendukung pengelolaannya.
Model 3D bangunan Herman Yohannes dan Tjahjana Adi membuka berbagai peluang pengembangan di masa mendatang. Salah satu potensi utama adalah dalam upaya konservasi dan restorasi bangunan. Dengan adanya model digital yang sangat akurat, pihak berwenang dapat melakukan pemantauan kondisi bangunan secara berkala, mengidentifikasi kerusakan, dan merencanakan restorasi dengan lebih efisien. Selain itu, model ini juga dapat digunakan untuk simulasi restorasi, sehingga pihak konservator dapat melakukan perencanaan yang matang sebelum memulai pekerjaan fisik di lapangan.