Pemantauan Aktivitas Vulkanik Gunung Marapi dengan Teknologi Satelit untuk Mitigasi Bencana

Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Hidayat Panuntun dan Muhammad Iqbal Taftazani, M.Eng, berhasil mengimplementasikan metode pemantauan deformasi permukaan Gunung Marapi menggunakan teknologi InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar). Studi ini mengungkap tanda-tanda awal aktivitas vulkanik yang menjadi langkah penting dalam upaya mitigasi bencana di Indonesia.

Gunung Marapi, yang terletak di Sumatra Barat, merupakan salah satu gunung api paling aktif di Indonesia dengan lebih dari 60 kali erupsi dalam 250 tahun terakhir. Erupsi besar terakhir terjadi pada 3 Desember 2023, menyebabkan dampak signifikan bagi masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan data dari satelit Sentinel-1 yang mencakup periode 2015 hingga 2020 untuk mendeteksi pola deformasi di kaldera Gunung Marapi.

“Kami menemukan adanya inflasi atau pengangkatan permukaan hingga 0,1 meter di area kaldera. Ini mengindikasikan adanya akumulasi tekanan magma di bawah permukaan, yang menjadi peringatan dini sebelum erupsi,” jelas Hidayat Panuntun, peneliti utama.

Dengan memanfaatkan perangkat lunak LiCSAR dan LiCSBAS, penelitian ini memproses data interferogram untuk analisis deformasi secara mendetail. Selain itu, koreksi atmosfer dilakukan menggunakan data cuaca dari ECMWF (European Centre for Medium-Range Weather Forecasts), menghasilkan analisis yang lebih akurat. Hasil penelitian membuktikan bahwa teknologi berbasis satelit mampu mendeteksi aktivitas vulkanik lebih awal, bahkan ketika aktivitas seismik yang terekam sangat minimal.

Penelitian ini berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), antara lain:

  1. SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim – Teknologi ini mendukung pengelolaan risiko bencana akibat aktivitas vulkanik yang semakin relevan dalam konteks perubahan iklim global.
  2. SDG 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan – Data pemantauan deformasi ini dapat membantu pemerintah lokal dalam perencanaan kota dan perlindungan masyarakat di wilayah rentan bencana.
  3. SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur – Inovasi dalam teknologi geospasial ini memperkuat kapasitas Indonesia dalam memantau aktivitas geologi secara mandiri.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya pengamatan berbasis satelit untuk mendukung sistem peringatan dini dan memperkuat mitigasi bencana di Indonesia. Dengan teknologi ini, pengelolaan risiko bencana vulkanik dapat dilakukan secara lebih efektif, mengurangi dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat dan infrastruktur.

Ikon SDGs 13 Penanganan perubahan iklim

Ikon SDGs 11 Kota dan komunitas yang berkelanjutan

Ikon SDGs 9 Infrastruktur, industri dan inovasi