Tim peneliti dari Departemen Teknologi Kebumian, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, mengembangkan inovasi digital berupa platform WebGIS interaktif untuk memvisualisasikan batas-batas maritim Indonesia. Penelitian yang dipimpin oleh Muhammad Iqbal Taftazani bersama Waljiyanto, Putri Shafaa Salsabila, dan Wahyu Eka Saputra ini bertujuan meningkatkan literasi kelautan serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14: *Life Below Water*.
Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengelola wilayah lautnya. Meski sudah memiliki dasar hukum melalui UNCLOS 1982 dan UU No.17/1985, banyak data batas laut nasional yang belum tersaji secara terbuka dan mudah dipahami publik. WebGIS ini hadir untuk mengatasi kesenjangan tersebut melalui visualisasi interaktif zona laut seperti Laut Teritorial, Zona Tambahan, ZEE, dan Landas Kontinen.
“WebGIS ini dirancang untuk memperkuat kesadaran publik tentang pentingnya pengelolaan laut secara berkelanjutan. Kami ingin menjadikan data batas maritim lebih transparan dan edukatif,” jelas Iqbal. Platform ini dibangun menggunakan perangkat lunak terbuka QGIS 3.28, Leaflet.js 1.9.4, dan Bootstrap 5.0.0, dengan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang telah disesuaikan dengan standar metadata nasional (SNI 8843-1:2019).
Pengguna dapat menjelajahi peta interaktif, mengukur jarak, menampilkan informasi hukum tiap zona, hingga mempelajari studi kasus batas laut yang belum disepakati. Fitur *SDGs Linkages* menampilkan hubungan antara pengelolaan laut dan target SDG 14, seperti perlindungan ekosistem laut, pengawasan sumber daya, serta penguatan pendidikan kelautan.
Kontribusi riset ini terhadap SDG 14 mencakup tiga aspek utama. Pertama, menyediakan data spasial resmi untuk perencanaan konservasi laut dan pemantauan sumber daya. Kedua, meningkatkan literasi kelautan melalui media pembelajaran yang mudah diakses masyarakat. Ketiga, mendukung kebijakan berbasis bukti (*evidence-based policy*) dengan menyediakan infrastruktur data kelautan yang transparan.
Selain itu, sistem ini memperkuat kolaborasi lintas disiplin antara geodesi, hukum, dan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa teknologi geospasial tidak hanya untuk pemetaan, tetapi juga berperan dalam keberlanjutan sumber daya laut,” ujar Waljiyanto, anggota tim peneliti. Ke depan, tim berencana menambah fitur data dinamis seperti arus laut, pergerakan kapal, dan visualisasi 3D untuk memperkaya pengalaman pengguna.
Melalui riset ini, UGM berkontribusi nyata dalam penguatan tata kelola laut Indonesia yang berkelanjutan. WebGIS batas maritim tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga langkah strategis untuk melindungi kehidupan di bawah laut dan mendukung keberlanjutan ekosistem maritim bagi generasi mendatang.